Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penawaran Tak Biasa dari Blitzmegaplex

Sejak didirikan 8 tahun lalu, nyaris setiap tahun PT Graha Layar Prima Tbk. merugi. Pada tahun lalu, si pemilik perusahaan pengelola bioskop Blitzmegaplex ini bahkan menyuntikkan dana segar Rp550 miliar, agar ekuitas tak lagi negatif (defisiensi). Kini sahamnya ditawarkan kepada publik. Siapa yang berminat?
Ilustrasi/Bisnis.com
Ilustrasi/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - Sejak didirikan 8 tahun lalu, nyaris setiap tahun PT Graha Layar Prima Tbk. merugi. Pada tahun lalu, si pemilik perusahaan pengelola bioskop Blitzmegaplex ini bahkan menyuntikkan dana segar Rp550 miliar, agar ekuitas tak lagi negatif (defisiensi). Kini sahamnya ditawarkan kepada publik. Siapa yang berminat?

Calon emiten ini menawarkan maksimal 140 juta saham lewat penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) pada harga di kisaran Rp2.800-Rp3.300 per saham.

Harapannya perseroan bisa mengantongi dana Rp392 miliar hingga Rp462 miliar dari IPO tersebut. Dana itu rencananya akan digunakan untuk membangun tujuh bioskop dengan nilai investasi per unit diperkirakan Rp20 miliar.

Selain itu, perseroan juga akan mengadakan program alokasi saham karyawan sebanyak 7 juta saham atau sebesar 5%.

Adapun, penawaran 140 juta saham kepada publik setara dengan 46,11% dari total modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan setelah IPO dan alokasi saham untuk karyawan itu.

Namun, itu tidak akan membuat publik menjadi pemegang saham terbesar. Kehadiran dua perusahaan asing yakni CG CGV Co. Ltd. dan IKT Holdings Limited akan membuat komposisi kepemilikan investor publik terdilusi.

Dua perusahaan tersebut akan mendapatkan kepemilikan masingmasing 19,86% pada Graha Layar Prima, lewat mekanisme penerbitan 200 juta saham baru yang akan dilakukan pada hari pertama perseroan tercatat di Bursa Efek Indonesia yakni 11April 2013.

Itu artinya, total kepemilikan dua perusahaan asing tersebut di Blitzmegaplex bisa mencapai hingga 39,72%, lebih besar dari pada porsi kepemilikan PT Layar Persada (selaku pemilik utama perseroan saat ini) yakni 32,34%.

Saham baru itu diberikan sebagai bentuk pembayaran utang Graha Layar Prima kepada CGV dan IKT Holdings sebesar US$30,5 juta. Proses konversi utang menjadi saham itu (debt to equity swap) akan membuat porsi kepemilikan publik terdilusi menjadi 26,41%.

Tak banyak informasi yang bisa diperoleh soal dua calon pemegang saham Graha Layar Prima ini. Yang jelas, IKT Holdings me rupakan perusahaan asal Hong Kong yang bergerak di bidang perusahaan in vestasi, sedangkan CGV kabarnya berasal dari Korea Selatan dan bergerak di bidang pembangunan dan pengoperasian bioskop. Itu artinya CGV punya bisnis yang sama dengan Blitzmegaplex.

John D. Steve, investor yang akrab dengan pasar modal selama 7 tahun terakhir, mengaku tidak berminat untuk ikut membeli saham Graha Layar Prima.

Menurutnya, harga yang ditawarkan kemahalan, sedangkan kinerja fundamental cenderung mengecewakan.

“Harganya kemahalan dan saya juga tidak terlalu mengenal kondisi perusahaan tersebut. Pamornya juga kalah dibandingkan dengan XXI yang ada di banyak daerah,” katanya.

Bahkan kehadiran CGV, yang memiliki bisnis serupa dengan Blitzmegaplex pun tidak membuat John berminat untuk melirik saham perusahaan ini, karena sulit untuk diprediksi apakah hal itu akan membuat kinerja perseroan tak lagi ‘berdarah-darah’.

Mengacu pada kinerja perseroan selama 6 tahun terakhir, Kepala Riset PT MNC Securities Edwin Sebayang mempertanyakan kemudahan izin praefektif IPO yang diperoleh Blitzmegaplex dari otoritas pasar modal.

Selain memberikan catatan pada kerugian, Edwin juga menggarisbawahi permasalahan ekuitas yang dalam 3 tahun terakhir negatif.

Pada 2010-2012, defisiensi ekuitas perseroan ter catat masing-masing secara berturut-turut Rp615,1 miliar, Rp606,3 miliar, dan Rp491 miliar.

Namun, pada 30 September 2013, jumlah ekuitas perseroan meningkat 108,05% menjadi Rp39,5 miliar setelah adanya penambahan modal ditempatkan dan disetor penuh sebanyak dua kali oleh PT Layar Persada.

Soal kehadiran CGV dan IKT Holdings, kreditur yang segera menjadi pemegang saham, Edwin menilai hal itu sebagai upaya u tuk memuluskan langkah investor asing berinvestasi di sektor pertunjukan bioskop yang selama ini masuk ke dalam daftar negatif investasi.

Aroma kedatangan investor asing mulai tercium sejak 2013, ketika salah satu jabatan direktur perseroan dipegang oleh Lim Jong Kil, warga negara Korea Selatan, yang sebelumnya menduduki posisi Direktur Utama Divisi Global Business CJ CGV Co. Ltd. periode 2012-2013.

Toh, walaupun bidang perfilman tertutup bagi investasi modal asing sesuai Perpres No. 36/2010, pasal 4 dari aturan itu menyatakan larangan tersebut tidak berlaku bagi transaksi penanaman modal tidak langsung atau portofolio melalui pasar modal domestik.

Kecuali apabila pada masa mendatang pemerintah mengubah atau menerapkan penafsiran berbeda terhadap pasal tersebut, maka, seperti diingatkan perseroan dalam prospektusnya, hal tersebut dapat berdampak negatif terhadap harga saham maupun likuiditasnya, serta mencegah perseroan beroperasi menjalankan usaha bioskop yang tentunya akan berpengaruh terhadap kinerja.

Kehadiran CGV sebagai pemegang saham memang diharapkan berdampak positif bagi Blitzmegaplex. Kepiawaian CGV sebagai pengelola bioskop terbesar di Korea Selatan dengan 681 layar dan 100.000 kursi dan memiliki beberapa cabang di China dan Amerika Serikat diharapkan bisa memberikan warna bagi Blitzmegaplex.

Bratanata Perdana, Direktur Graha Layar Prima, menilai potensi industri bioskop di Tanah Air masih menjanjikan, seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya jumlah masyarakat kelas menengah ke atas.

“Penetrasi bioskop juga masih kecil karena hanya 10 provinsi dari 33 provinsi yang memiliki bioskop dan 450 kota dari 497 kota belum memiliki bioskop,” kata Bratanata.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maftuh Ihsan
Editor : Sepudin Zuhri
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper