BISNIS.COM, PALEMBANG--PT Semen Baturaja (Persero) Tbk siap mengalokasikan jatah order saham dari pelaksanaan IPO untuk masyarakat dan pemda di Sumsel.
Permintaan pembelian saham itu diklaim mulai banyak yang masuk dari investor nasional dan global semasa dalam proses book building yang akan berlangsung hingga 7 Juni.
Andi Sidharta, Direktur Bahana Securities, sekuritas pemimpin penjamin pelaksana emisi efek IPO Semen Baturaja, mengatakan alokasi untuk calon investor dari masyarakat dan pemda di Sumatra Selatan itu akan dilihat dari perkembangan selama masa book building, untuk mengetahui sebarapa minat dari daerah untuk ikut membeli saham perdana pabrik semen kebanggaan mereka tersebut.
"Itu kami pertimbangkan tapi tidak tahu berapanya. Nanti akan dilihat dulu respon calon investor dan juga kami harus mematuhi aturan pasar modal soal penjatahan saham itu," ujarnya dalam Temu Investor Sumsel yang digelar perseroan di Palembang, Sabtu (1/6).
Direktur Mandiri Sekuritas Donny Arsal menambahkan pihaknya selaku salah satu penjamin pelaksana emisi efek memberikan kesempatan yang seluas luas kepada masyarakat Sumsel untuk ikut membeli saham perusahaan semen tersebut.
Hal itu, lanjutya, menjadi salah satu tujuan dari temu investor yang digelar di Palembang agar masyaralat Palembang yang berminat untuk memesan saham perdana itu bisa mendapatkan informasi yang cukup dan kesempatan untuk memesan.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama PT Semen Baturaja Tbk Pamudji Rahardjo mengatakan pihaknya optimistis saham yang dilepas ke publik akan diminati oleh calon investor.
Dia beralasan Semen Baturaja merupakan perusahaan yang tengah tumbuh yang memiliki pangsa pasar yang cukup kuat di Sumsel dan Lampung dengan kapasitas produksi terpasang saat ini mencapai 1,25 juta ton per tahun.
"Penghimpunan dana dari IPO akan memperkuat permodalan kami untuk melakukan ekspansi yang rencananya akan menambah kapasitas produksi melalui pembangunan pabrik baru berkapasitas 1,85 juta ton pada tahun ini juga,. Ini akan menelan biaya sekitar Rp2,66 triliun," katanya.