Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ruang Bertumbuh DSSA & CUAN Prajogo Pangestu Usai Resmi Masuk Indeks MSCI

PT Dian Swastatika Sentosa (DSSA) dan PT Petrindo Jaya Kreasi (CUAN) masuk MSCI Index, membuka peluang pertumbuhan saham dan bisnis dengan menarik dana asing.
Fahmi Ahmad Burhan,Dionisio Damara Tonce
Rabu, 27 Agustus 2025 | 08:39
Pengunjung beraktivitas di PT Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (4/12/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pengunjung beraktivitas di PT Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (4/12/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Ringkasan Berita
  • PT Dian Swastatika Sentosa Tbk. (DSSA) dan PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk. (CUAN) resmi masuk ke dalam MSCI Global Standard Index, membuka peluang pertumbuhan dari sisi valuasi saham dan prospek bisnis.
  • Masuknya DSSA dan CUAN ke MSCI diperkirakan akan menarik aliran dana asing, dengan DSSA fokus pada infrastruktur digital dan energi hijau, sementara CUAN mengandalkan diversifikasi tambang dan kontrak jangka panjang.
  • Kedua perusahaan menghadapi tantangan seperti fluktuasi harga komoditas dan potensi keterlambatan proyek, namun keanggotaan MSCI memberikan eksposur global yang signifikan.

* Ringkasan ini dibantu dengan menggunakan AI

Bisnis.com, JAKARTA — Dua emiten konglomerasi, PT Dian Swastatika Sentosa Tbk. (DSSA) milik Grup Sinar Mas dan PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk. (CUAN) besutan taipan Prajogo Pangestu, resmi menjadi bagian dari Morgan Stanley Capital International (MSCI) Global Standard Index efektif per hari ini, Rabu (27/8/2025). Masuknya dua saham tersebut dipandang membuka ruang bertumbuh lebih luas, baik dari sisi valuasi saham maupun prospek bisnis.

Keanggotaan dalam indeks global seperti MSCI menjadi penanda penting, mengingat indeks ini menjadi acuan utama bagi manajer investasi internasional dalam menempatkan portofolio. Sejumlah analis menilai hal ini akan memicu aliran dana masuk (capital inflow) dari passive fund maupun active fund global.

Saham DSSA telah mencatat reli spektakuler sepanjang tahun berjalan. Berdasarkan data BEI per Selasa (27/8/2025), harga DSSA menanjak 142,83% sejak awal tahun, dengan kapitalisasi pasar kini menembus Rp697,93 triliun.

Analis Sucor Sekuritas Cheryl Jennifer Wang dan Paulus Jimmy dalam risetnya memberikan peringkat buy untuk DSSA berdasarkan valuasi sum of the parts (SOTP).

"Kami memandang DSSA sebagai proksi untuk salah satu eksposur infrastruktur digital terbesar di Indonesia, dengan potensi keuntungan tambahan dari strategi pertumbuhan anorganik yang direncanakan," tulis Cheryl dan Paulus dalam risetnya pada beberapa waktu lalu.

DSSA sedang bertransformasi menjadi salah satu perusahaan konglomerasi infrastruktur digital terbesar dan paling terintegrasi di Indonesia. DSSA mengendalikan aset infrastruktur perangkat keras utama, termasuk jaringan fiber-to-the-home (FTTH) dengan 6,8 juta home pass hingga pusat data berkapasitas hingga 40 MW.

Melengkapi infrastruktur fisiknya, DSSA juga memiliki aset ekosistem digital strategis, seperti dompet elektronik DANA dan saham minoritas di Vidio. Kemudian, di segmen usaha batu bara dan energi terbarukan, DSSA mengandalkan anak usahanya PT Golden Energy Mines Tbk. (GEMS).

Ke depan, DSSA pun masih bisa bergeliat ekspansi, di mana ekspansi DSSA ke depan akan didorong oleh akuisisi.

"DSSA berada di posisi yang tepat untuk mengejar peluang pertumbuhan anorganik di seluruh infrastruktur digital, ekosistem teknologi, dan industri terkait energi hijau," tulis dalam riset Sucor Sekuritas.

Akan tetapi, DSSA menghadapi sejumlah tantangan di antaranya keterlambatan jadwal untuk aksi korporasinya di masa mendatang dan siklus turun harga batu bara yang berkepanjangan, yang dapat mengakibatkan berkurangnya arus kas dari bisnis lamanya. Selain itu, tantangan bagi DSSA adalah kondisi pasar yang tidak menguntungkan di tengah potensi monetisasi anak usaha.

Prajogo Pangestu
Prajogo Pangestu

Sementara itu, CUAN ikut terdongkrak berkat anak usahanya, PT Petrosea Tbk. (PTRO), yang juga masuk ke dalam MSCI Small Cap Index. PTRO agresif menambah kontrak baru, termasuk kontrak jasa penambangan senilai US$1 miliar di konsesi nikel PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) serta diversifikasi ke proyek emas di Papua Nugini lewat akuisisi Grup HBS.

Dengan strategi ekspansi ini, analis memproyeksikan kinerja PTRO dan CUAN akan terdorong oleh kenaikan volume penambangan, diversifikasi mineral, hingga perolehan kontrak jangka panjang. “Meski menghadapi risiko harga batu bara, fokus PTRO pada segmen EPC dan diversifikasi ke mineral emas akan menjadi katalis positif,” tulis riset NH Korindo Sekuritas.

Head of Research Kiwoom Sekuritas Indonesia Liza Camelia Suryanata menilai masuknya DSSA dan CUAN ke MSCI berpotensi signifikan dalam menarik dana asing. “Saham yang masuk ke MSCI Global Standard rata-rata mengalami kenaikan volume dan harga menjelang effective date, seiring dengan aksi front-running investor,” ujarnya.

Menurut Liza, kapitalisasi pasar besar, likuiditas, serta eksposur ke energi terbarukan dan infrastruktur digital menjadi kunci lolosnya DSSA dan CUAN. Meski sensitif terhadap volatilitas harga komoditas, keanggotaan MSCI akan memberi tambahan exposure global.

Tantangan

Kendati prospek positif, baik DSSA maupun CUAN tetap menghadapi risiko. DSSA dibayangi fluktuasi harga batu bara yang dapat menekan arus kas dari bisnis lamanya, serta potensi keterlambatan proyek ekspansi. Sementara CUAN menghadapi risiko pelemahan harga komoditas dan kenaikan biaya operasional di tengah proyek ekspansi besar-besaran.

Meski demikian, sentimen indeks global membuat kedua saham ini menjadi magnet baru di Bursa Efek Indonesia. DSSA dengan narasi digitalisasi dan energi hijau, sementara CUAN dengan strategi diversifikasi tambang dan kontrak jangka panjang, membuka ruang bertumbuh lebih besar di radar investor asing.

Sebagai informasi, rebalancing Indeks MSCI akan berlaku efektif pada hari ini, Rabu (27/8/2025), menandai masuknya PT Dian Swastatika Sentosa Tbk. (DSSA) dan PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk. (CUAN) ke MSCI Global Standard Index. Posisi mereka menggantikan PT Alamtri Resources Indonesia Tbk. (ADRO) yang bergeser ke MSCI Small Cap Index.

Selain ADRO, saham lain yang masuk MSCI Small Cap antara lain PT Adaro Andalan Indonesia Tbk. (AADI), PT MNC Tourism Indonesia Tbk. (KPIG), PTRO, PT Raharja Energi Cepu Tbk. (RATU), serta PT Triputra Agro Persada Tbk. (TAPG). Sementara itu, saham yang keluar dari MSCI Small Cap Index adalah PT Merdeka Battery Materials Tbk. (MBMA) dan PT Panin Financial Tbk. (PNLF).

______

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro