Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham Tambang MIND ID, ANTM dan PTBA Tersengat Kenaikan Harga Komoditas

Saham-saham tambang MIND ID seperti PTBA dan ANTM menguat seiring dengan sentimen positif dari kenaikan harga batu bara dan emas, serta kebijakan baru.
Karyawan melihat layar yang menampilkan pergerakan harga saham di Jakarta, Senin (21/7/2025)./JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan melihat layar yang menampilkan pergerakan harga saham di Jakarta, Senin (21/7/2025)./JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah saham yang tergabung dalam holding BUMN pertambangan MIND ID mencatatkan penguatan di tengah tren kenaikan harga komoditas logam mulia dan batu bara dalam beberapa hari terakhir. 

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) ditutup menguat 3,31% ke level Rp2.500 pada Selasa (26/8/2025). Banderol ini turut mencerminkan pertumbuhan sebesar 2,88% dalam sepekan terakhir. 

Saham PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) juga parkir di zona hijau. Emiten tambang emas dan bijih nikel ini mencatatkan kenaikan 0,35% menuju level Rp2.880 per saham. Selama sepekan, saham ANTM juga terapresiasi sebesar 1,41%.

Dari sisi fundamental, harga komoditas bergerak variatif pada awal pekan. Batu bara mayoritas menguat karena didorong oleh kombinasi sentimen global dan domestik. Katalis utama datang dari China yang menambah kapasitas pembangkit listrik tenaga batu bara sebesar 21 gigawatt (GW) sepanjang paruh pertama 2025. 

Dari dalam negeri, pasar juga mencermati keputusan pemerintah mencabut aturan penggunaan harga acuan batu bara (HBA). Kebijakan tersebut dinilai memberi fleksibilitas harga sekaligus peluang keuntungan lebih bagi eksportir.

Sementara itu, harga emas global memulai dengan langkah hati-hati meskipun tren bullish belum padam. Pada perdagangan awal pekan, emas bertahan di kisaran US$3.370 per ons seiring dengan dolar AS mencoba bangkit setelah melemah pasca pidato dovish Ketua The Federal Reserve Jerome Powell di Simposium Jackson Hole.

Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta Utama menilai bahwa ANTM masih memiliki ruang kenaikan seiring dengan tren positif harga emas global.

Emiten berbasis emas ini, kata Nafan, berpotensi mendapat keuntungan dari kenaikan average selling price (ASP) emas yang berdampak pada kinerja pendapatan dan laba bersih. Selain itu, ANTM juga berkomitmen meningkatkan kapasitas produksi dan volume penjualan guna menjaga kinerja tetap optimal. 

Nafan menekankan pentingnya diversifikasi bisnis bagi emiten tambang MIND ID untuk menghadapi fluktuasi harga komoditas, seperti nikel, batu bara, dan tembaga. 

“Hilirisasi juga tidak bisa ditinggalkan. Proses pembangunan industri hilir akan memberikan added value yang signifikan, sehingga prospek sektor tambang tetap positif,” pungkasnya saat dihubungi Bisnis baru-baru ini. 

Sementara itu, Analis Dupoin Futures Indonesia, Andy Nugraha, menyatakan pergerakan emas saat ini masih positif secara teknikal dengan kecenderungan bullish.

“Jika tekanan beli berlanjut, emas berpeluang menuju US$3.383. Namun bila momentum melemah, area US$3.350 akan menjadi titik support penting,” ujarnya.

Secara fundamental, prospek emas masih ditopang ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed. Data FedWatch CME Group menunjukkan peluang 90% penurunan suku bunga pada September. Sebagian pelaku juga memproyeksikan dua kali pemangkasan masing-masing 25 basis poin hingga akhir tahun. 

Andy menuturkan bahwa risiko geopolitik juga memengaruhi arah emas. Pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin terkait isu denuklirisasi memunculkan harapan meredanya ketegangan dengan Ukraina. Jika tensi menurun, emas berpotensi kehilangan sebagian daya tariknya sebagai aset lindung nilai.

Sementara itu, isu perdagangan turut menjadi sorotan. AS diketahui tengah merancang tarif impor furnitur baru yang berpotensi memperkuat dolar AS dan menekan emas.

“Keseluruhan tren emas masih berpihak pada pembeli. Selama support US$3.350 bertahan, peluang emas menapaki jalur ke US$3.383 bahkan US$3.400 tetap terbuka,” kata Andy.

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ana Noviani
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro