Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wall Street Lesu, Nasdaq Anjlok Tertekan Saham Teknologi dan Antisipasi Pidato Powell

Wall Street melemah, Nasdaq turun 0,67% akibat tekanan saham teknologi dan antisipasi pidato Powell di Jackson Hole.
Pialang berada di lantai Bursa Efek New York (NYSE) di New York, Amerika Serikat. Bloomberg/Michael Nagle
Pialang berada di lantai Bursa Efek New York (NYSE) di New York, Amerika Serikat. Bloomberg/Michael Nagle
Ringkasan Berita
  • Pasar saham AS melemah dengan Nasdaq turun 0,67% karena investor menunggu pidato Ketua Federal Reserve Jerome Powell di simposium Jackson Hole.
  • Investor mengalihkan investasi dari saham teknologi ke sektor lain dengan valuasi lebih rendah, menyebabkan tekanan pada saham teknologi yang sebelumnya memimpin pemulihan Wall Street.
  • Komentar CEO OpenAI tentang gelembung saham terkait AI dan riset MIT yang menunjukkan kesulitan perusahaan teknologi dalam mengubah inovasi AI menjadi keuntungan nyata turut mempengaruhi pelemahan saham teknologi.

* Ringkasan ini dibantu dengan menggunakan AI

Bisnis.com, JAKARTA - Bursa saham Amerika Serikat ditutup melemah pada perdagangan Rabu (20/8/2025) waktu setempat seiring dengan sikap pasar yang menanti pidato Ketua Federal Reserve Jerome Powell di simposium ekonomi Jackson Hole.

Melansir Reuters pada Kamis (21/8/2025), indeks Dow Jones Industrial Average naik tipis 16,04 poin atau 0,04% ke 44.938,31. Sementara itu, S&P 500 turun 15,59 poin atau 0,24% ke 6.395,78, dan Nasdaq Composite melemah 142,09 poin atau 0,67% ke 21.172,86.

Volume perdagangan di bursa AS tercatat relatif ringan, dengan 15,5 miliar saham berpindah tangan, di bawah rata-rata 17,7 miliar saham dalam 20 sesi terakhir.

Simposium tahunan bank sentral di Jackson Hole, Wyoming, akan dimulai Jumat (22/8/2025). Pidato Powell akan diawasi ketat pasar sebagai sinyal arah kebijakan moneter berikutnya. Investor saat ini memperkirakan peluang 25 basis poin pemangkasan suku bunga pada September, menurut data LSEG.

Di sisi lain, pasar juga mencermati seruan Presiden AS Donald Trump yang meminta Gubernur The Fed Lisa Cook mundur, dengan alasan tuduhan keterlibatan dalam penipuan KPR.

Sementara itu, indeks Nasdaq dan S&P 500 terkoreksi setelah investor melepas saham teknologi dan beralih ke sektor dengan valuasi lebih rendah.

Saham teknologi yang sebelumnya menjadi pendorong utama pemulihan Wall Street sejak aksi jual April lalu mulai mengalami tekanan. Indeks sektor teknologi S&P 500 memangkas pelemahan awal, tetapi tetap ditutup turun 0,8%.

Sebanyak 7 dari 11 sektor dalam S&P 500 justru menguat, dipimpin oleh energi, kesehatan, dan kebutuhan pokok konsumen.

Bryant van Cronkhite, manajer portofolio senior Allspring menjelaskan, jika dilihat lebih luas, ini lebih merupakan rotasi sektor daripada aksi jual besar-besaran.

“Valuasi saham teknologi terlihat terlalu tinggi di tengah lonjakan belanja saat ini. Di sisi lain, ada banyak sektor yang sebenarnya cukup menarik dari sisi valuasi tetapi selama ini terabaikan," jelasnya.

Selain faktor valuasi, pelemahan saham teknologi juga dipicu komentar CEO OpenAI Sam Altman pekan lalu yang menyebut saham terkait kecerdasan buatan (AI) tengah berada dalam gelembung, serta hasil riset Massachusetts Institute of Technology (MIT) yang menunjukkan banyak perusahaan teknologi kesulitan mengubah inovasi AI menjadi keuntungan nyata.

Kekhawatiran lain datang dari potensi campur tangan pemerintah. Administrasi Trump dikabarkan tengah mempertimbangkan kepemilikan saham di perusahaan chip seperti Intel, setelah sebelumnya meneken perjanjian pembagian pendapatan yang belum pernah terjadi sebelumnya dengan Nvidia dan AMD.

Adapun risalah rapat The Fed bulan Juli, ketika suku bunga dipertahankan di kisaran 4,25%–4,5%, menunjukkan hampir seluruh pejabat menilai kebijakan tersebut masih tepat, meski terdapat dua suara berbeda.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro