Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham Pilihan Potensi Cuan Kala BI Pangkas Suku Bunga

BI pangkas suku bunga, saham properti, bahan baku, dan konsumer naik. Sektor siklikal dan finansial berpotensi cuan. IHSG menguat 1,03% ke 7.943,83.
Dionisio Damara Tonce,Akbar Maulana al Ishaqi
Kamis, 21 Agustus 2025 | 08:00
Pengunjung melihat produk di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta, Senin (30/6/2025). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Pengunjung melihat produk di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta, Senin (30/6/2025). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA — Terdapat sejumlah sektor saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang akan menadah cuan kala Bank Indonesia (BI) berada di tren kebijakan moneter longgar.

Berdasarkan data BEI, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 1,03% ke level 7.943,83 pada Rabu (20/8/2025). Tercatat, 453 saham meningkat, 242 saham turun, dan 261 stagnan. Adapun, kapitalisasi pasar mencapai Rp14.277 triliun.

Di tengah kenaikan IHSG, data BEI menunjukkan indeks saham properti melonjak sebesar 2,57%. Posisi itu kemudian disusul indeks saham bahan baku yang naik 1,83%, dan sektor konsumer nonsiklikal menguat sebesar 1,64%. 

Head of Research Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan mengatakan bahwa sentimen positif indeks komposit berasal dari penurunan BI Rate yang pada akhirnya mendorong lonjakan indeks saham properti. 

“Saham sektor properti membukukan penguatan terbesar didorong oleh ekspektasi akan meningkatnya penjualan seiring dengan turunnya suku bunga,” ujarnya dalam publikasi riset harian, Rabu (20/8/2025). 

Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusta, menambahkan bahwa sektor siklikal, industrial, dan properti cukup potensial karena mulai memperlihatkan perbaikan. Selain itu, sektor konsumer nonsiklikal dan finansial juga memiliki peluang untuk meningkat. 

“Sektor siklikal, industrial dan properti di BEI menunjukkan perbaikan, sementara sektor infrastruktur dan teknologi dalam posisi leading. Sektor nonsiklikal dan finansial berpotensi meningkat,” pungkas Nafan.

Menurutnya, keputusan BI untuk memangkas suku bunga acuan sejalan dengan proyeksi pelonggaran moneter The Fed pada September mendatang yang diperkirakan menurunkan Fed Funds Rate (FFR) sekitar 20 bps. 

“Bank Indonesia telah melihat peluang dari potensi kebijakan pelonggaran moneter yang akan dilakukan The Fed pada September, sehingga BI cenderung menerapkan kebijakan preemptive dan forward-looking dengan terlebih dahulu menurunkan suku bunga acuan pada Agustus,” pungkas Nafan.

BI di luar ekspektasi kembali menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Agustus 2025. Pemangkasan ini menjadi yang keempat kalinya pada 2025.

Penurunan BI Rate sejalan dengan proyeksi inflasi yang masih dalam kisaran target, pergerakan rupiah yang cenderung stabil, melambatnya pertumbuhan kredit, dan sebagai salah satu upaya mendorong pertumbuhan ekonomi. 

BI mencatat pertumbuhan kredit per Juli 2025 mencapai 7,03% year on year (YoY), melambat dari level 7,77% pada bulan sebelumnya. Realisasi kredit terbaru ini juga menjadi level terendah sejak Maret 2022. 

Sementara itu, Nafan juga melihat kinerja IDX Non-Cyclical diharapkan bisa semakin membaik, sehingga bisa menjadi leading sektor ke depan di tengah tren suku bunga rendah

"IDX Non-Cyclicals kalau kita lihat dari sisi indeks keyakinan konsumen masih di atas level 100, masih optimistis, masih cenderung optimistis terhadap outlook perekonomian ke depan," ujar Nafan.

Pada kuartal II/2025, pemerintah merilis data pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,12%. Sementara, berdasarkan data Bloomberg pertumbuhan PDB Indonesia diproyeksi menyusut 4,9% pada kuartal III/2025 dan menjadi 4,8% di kuartal IV/2025.

Kendati begitu, Nafan mengatakan investor juga akan melihat proyeksi yang dikeluarkan pemerintah. Dalam APBN 2025, pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di kisaran 4,7%-5,0%. Sementara dalam RAPBN 2026 pertumbuhan PDB ditargetkan mencapai 5,4%.

Indikator resmi lainnya yang dirilis pemerintah, Indeks Keyakinan Konsumen pada Juli 2025 juga meningkat menjadi 118,1, dibanding 117,8 pada bulan sebelumnya. 

Berdasarkan momentum itu, Nafan merekomendasikan sejumlah saham anggota indeks untuk akumulatif beli, yaitu SIDO dengan target harga Rp650, CMRY target harga Rp5.400, MAPA target harga Rp910, GGRM target harga Rp10.650, dan HMSP dengan target harga Rp650.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro