Bisnis.com, JAKARTA – Chief Executive Officer (CEO) Danantara Indonesia Rosan Perkasa Roeslani menepis kabar mengenai rencana sovereign wealth fund (SWF) tersebut untuk mengakuisisi mayoritas saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA).
Rosan, yang juga menjabat sebagai Menteri Investasi dan Hilirisasi, memastikan saat ini tidak ada agenda dari Danantara untuk mengambil alih kendali BCA.
“Enggak ada,” ujarnya singkat usai menghadiri rapat tertutup dengan Komisi XI DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (19/8/2025).
Saat kembali dikonfirmasi terkait kemungkinan pembicaraan awal mengenai isu tersebut, Rosan memilih tidak berkomentar lebih jauh dan meninggalkan wartawan.
Sebelumnya, beredar isu yang menyebutkan supaya negara melalui Danantara mengambil alih saham BCA. Rumor ini disebut berkait dengan dengan skandal Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) pada era krisis moneter 1998. Kala itu, BCA mendapatkan kucuran BLBI, sebelum berlanjut pada proses divestasi.
Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKB, Tommy Kurniawan lantas meminta semua pihak tidak melontarkan pernyataan yang hanya memicu kegaduhan dan memperburuk iklim investasi di tengah ketidakpastian global.
Baca Juga
“Iklim investasi sedang bagus di tengah situasi global yang serba tidak pasti. Karena itu, kita wajib menjaganya dan jangan sampai ada pernyataan yang menimbulkan kegaduhan, terutama terkait sektor perbankan nasional,” ujar Tommy.
Tommy turut menilai bahwa pengamat seharusnya tidak sembarangan dalam melempar isu lama, seperti kasus BLBI dan mengaitkannya dengan BCA.
“Pernyataan agar pemerintah mengambil alih saham mayoritas BCA perlu dipertanyakan maksud dan tujuannya. Itu justru bisa mengganggu stabilitas keuangan dan iklim investasi kita,” pungkasnya.
Isu pengambilalihan ini pun memberikan dampak negatif terhadap saham BBCA. Di lantai Bursa Efek Indonesia (BEI), BBCA melemah 2,30% ke Rp8.500 per Selasa (19/8/2025). Hari ini, saham bank swasta terbesar itu kembali melemah 0,88% menjadi Rp8.425 hingga pukul 10.05 atau mencerminkan penurunan 12,92% sejak awal tahun.