Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Grup Harita (TIRT) Akhiri Bisnis Kayu, Tarik Pinjaman Pemegang Saham Rp200 Miliar untuk Pivot

Grup Harita mengubah bisnis PT Tirta Mahakam dari kayu lapis ke pelayaran, didukung pinjaman Rp200 miliar. Transformasi ini karena pasar kayu lesu dan permintaan pelayaran naik.
Suasana penggalian tambang nikel milik Harita Nickel di Pulau Obi, Maluku Utara. Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Suasana penggalian tambang nikel milik Harita Nickel di Pulau Obi, Maluku Utara. Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, Jakarta – Konglomerasi Harita Group yang kuat di bisnis tambang nikel hingga bauksit, memutuskan mengubah bidang usaha salah satu entitas perusahaannya yang  terdaftar di Bursa Efek Indonesia, PT Tirta Mahakam Resources Tbk. (TIRT). 

Kendaraan grup Harita dalam bisnis industri kayu lapis itu akan meninggalkan bisnis yang sempat membesarkan perusahaan dan beralih ke sektor pelayaran. Dalam keterbukaan perusahaan yang dikutip hari ini, Rabu, (20/8/2025), perusahaan yang dikendalikan Grup Harita melalui Harita Jayaraya ((73,54%) itu akan mengubah kegiatan usaha utama menjadi jasa angkutan laut dalam negeri untuk barang umum dan barang khusus, serta aktivitas penunjang pertambangan.

"Perseroan berencana untuk melakukan perubahan kegiatan usaha utama dengan mengganti seluruh kegiatan usaha yang sudah dijalankan yaitu di bidang industri dan penjualan kayu lapis dan produkproduk kayu sejenis menjadi kegiatan usaha yang baru yaitu kegiatan usaha di bidang industri angkutan laut dalam negeri untuk barang umum dan barang khusus (KBLI 50131 dan KBLI 50133) serta aktivitas penunjang pertambangan dan penggalian lainnya (KBLI 09900)," tulis perusahaan dalam keterbukaan informasi.

Disebutkan, aksi peralihan bisnis itu akan dimintakan persetujuan pemegang saham pada RUPSLB yang diselenggarakan 25 September 2025 mendatang. Pivot bisnis ini akan didukung melalui penyuntikan dana dari pemegang saham pengendali PT Harita Jayaraya sebesar Rp200 miliar. Dana tersebut terdiri atas Rp180 miliar untuk pembelian aset kapal dan Rp20 miliar untuk modal kerja.

Dijelaskan, TIRT berencana mengakuisisi 20 unit kapal tunda (tugboat) dan tongkang (barge) dengan nilai Rp162,1 miliar dari tiga perusahaan afiliasi, yakni PT Lima Srikandi Jaya, PT Mitra Kemakmuran Line, dan PT Antar Sarana Rekasa. Seluruh kapal berada dalam kondisi siap operasi, sehingga perseroan bisa langsung menjalankan bisnis pelayaran tanpa menunggu proses pengadaan baru.

"Sumber pendanaan perseroan untuk Rencana Pembelian Aset adalah berasal dari fasilitas pinjaman dari HJR, pemegang saham pengendali perseroan, yang telah dimiliki oleh Perseroan," tertulis dalam keterbukaan.

Manajemen menyebut transformasi ini dilakukan karena pasar kayu lapis global belum pulih, sementara kebutuhan pengangkutan komoditas sumber daya alam seperti batubara dan bauksit terus meningkat. Grup Harita sendiri memiliki pengalaman lebih dari 15 tahun di sektor pelayaran, yang akan diintegrasikan untuk mendukung perubahan bisnis Tirta Mahakam.

Berdasarkan proyeksi manajemen, Tirta Mahakam diperkirakan membukukan pendapatan Rp29,2 miliar dengan laba bersih Rp9,9 miliar pada semester II/2025 setelah transaksi berjalan. Pada 2026, pendapatan diproyeksikan naik menjadi Rp104 miliar dengan laba bersih Rp33,8 miliar. 

Kinerja Keuangan TIRT

Perusahaan ini relatif sudah kosong. Tirta Mahakam hanya mencatat penjualan Rp33,06 juta pada paruh pertama 2025. Namun, beban usaha membuat perseroan menderita rugi kotor Rp10,42 miliar. Alhasil, rugi bersih periode berjalan membengkak menjadi Rp26,43 miliar, lebih dalam dibandingkan kerugian Rp14,04 miliar pada periode sama tahun lalu. Rugi per saham juga naik menjadi -Rp26,12 dari -Rp13,87 pada semester I/2024.

Berdasarkan kinerja keuangan interim per 30 Juni 2025, perseroan membukukan total aset Rp164,15 miliar, turun dari Rp179,89 miliar pada akhir 2024.

Penurunan aset terutama terjadi pada pos aset lancar yang merosot menjadi Rp1,39 miliar dari sebelumnya Rp14,75 miliar. Sementara itu, aset tidak lancar turun tipis menjadi Rp162,76 miliar dari Rp165,13 miliar.

Di sisi kewajiban, liabilitas jangka pendek naik signifikan menjadi Rp2,83 miliar dari Rp90,42 juta. Liabilitas jangka panjang juga meningkat menjadi Rp863,45 miliar dari Rp855,46 miliar. Dengan demikian, total liabilitas perseroan mencapai Rp866,28 miliar. Kondisi tersebut membuat ekuitas Tirta Mahakam kembali mencatatkan posisi negatif sebesar Rp702,13 miliar, memburuk dibandingkan negatif Rp675,66 miliar pada akhir 2024.

--

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Anggara Pernando
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro