Bisnis.com, JAKARTA — Indeks saham LQ45 alias kumpulan saham berisi 45 emiten berkapitalisasi pasar besar telah mencatatkan kinerja penguatan setidaknya dalam sebulan perdagangan terakhir. Terdapat sejumlah saham konstituen indeks yang memiliki valuasi murah atau kualitas Mercy harga Bajaj dalam daftar saham paling likuid itu.
Berdasarkan data Bloomberg, kinerja indeks LQ45 memang melemah 0,71% pada perdagangan hari ini, Selasa (19/8/2025) ke level 815,23. Kumpulan saham keping biru juga masih di zona merah, melemah 1,38% sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) atau sejak perdagangan perdana 2025.
Akan tetapi, indeks LQ45 telah rebound. Indeks LQ45 menguat 3,82% dalam sebulan perdagangan terakhir.
Penguatan indeks LQ45 dalam sebulan didorong oleh kinerja kinclong sejumlah saham seperti bank jumbo yang menjadi penopang atau top leaders. Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) misalnya mencatatkan penguatan harga 4,66% dalam sebulan perdagangan terakhir.
PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI) pun mencatatkan penguatan harga saham 5,1% dalam sebulan perdagangan. Lalu, saham PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) menguat 1,27% dan saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) menguat 0,89% dalam sebulan.
Saham sektor lainnya di indeks LQ45 pun menjadi penopang seperti PT Telkom Indonesia Tbk. (TLKM) yang menguat 17,33% dalam sebulan dan PT Astra International Tbk. (ASII) menguat 16,32% dalam sebulan.
Baca Juga
Penggiat Pasar Modal Indonesia Reydi Octa mengatakan indeks LQ45 memang masih tertinggal secara ytd. Namun, perlahan indeks LQ45 telah menanjak.
"Indeks LQ45 sebenarnya mengalami rebound yang cukup signifikan semenjak April 2025. Hal tersebut merupakan sinyal awal dari pemulihan," ujar Reydi kepada Bisnis pada Selasa (19/8/2025).
Ke depannya, terdapat peluang penguatan indeks didorong oleh potensi pemangkasan suku bunga dan rebalancing indeks. Pada Juli 2025, Bursa Efek Indonesia (BEI) memang telah mengumumkan hasil evaluasi penyesuaian ulang atau rebalancing terhadap indeks LQ45.
Dalam pengumumannya, BEI menambahkan saham afiliasi Garibaldi ‘Boy’ Thohir PT Adaro Andalan Indonesia Tbk. (AADI) ke indeks LQ45. BEI juga memasukkan saham Grup Emtek, PT Surya Citra Media Tbk. (SCMA) dalam indeks saham paling likuid ini.
Di sisi lain, BEI mengeluarkan dua saham dalam konstituen LQ45. Kedua saham yang dikeluarkan dari indeks ini adalah saham PT Essa Industries Indonesia Tbk. (ESSA) dan PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk. (SIDO).
"Siklus window dressing akhir tahun juga menjadi momentum penguatan bagi saham-saham blue chip seperti BBRI, BBCA, ASII dan TLKM," ujar Reydi.
Akan tetapi, investor dinilai mesti tetap waspada risiko yang masih mengintai karena daya beli masyarakat belum pulih, eskalasi perang dagang, serta geopolitik.
Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan indeks LQ45 menguat dalam sebulan perdagangan terakhir didorong oleh saham bank jumbo yang sudah bullish consolidation dan meninggalkan downtrend.
"Proyeksi ke depannya semestinya masih bisa progresif, karena memang peluang dari LQ45 di semester II/2025 terbuka lebar didorong peningkatan likuiditas karena potensi penurunan suku bunga," ujar Nafan kepada Bisnis pada Selasa (19/8/2025).
Di sisi lain, terdapat sejumlah saham di indeks LQ45 yang masih undervalue atau tergolong murah dinilai dari perhitungan price earning ration (PER) dan price to book value (PBV).
Sebagai catatan, nilai PER di bawah 10 kali dan PBV di bawah satu kali lazim dijadikan sebagai acuan sederhana untuk menilai sebuah saham dianggap murah atau terdiskon.
Mengacu data Bloomberg, setidaknya terdapat 10 saham di indeks LQ45 yang memiliki PER di bawah 10 kali dan PBV di bawah satu kali. Ke-10 saham di indeks LQ45 itu pun dinilai memiliki valuasi yang murah atau terdiskon.