Bisnis.com, JAKARTA — Dua emiten otomotif, yakni PT Astra International Tbk. (ASII) dan PT Indomobil Sukses Internasional Tbk. (IMAS) mencatatkan kinerja laba beda arah pada semester I/2025, di tengah lesunya penjualan otomotif Tanah Air.
Berdasarkan laporan keuangan, ASII telah membukukan laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp15,51 triliun pada semester I/2025, turun 2,15% secara tahunan (year-on-year/YoY).
“Kinerja grup pada semester pertama tahun 2025 mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama tahun lalu, seiring dengan kondisi bisnis yang menantang," kata Presiden Direktur Astra International Djony Bunarto Tjondro dalam keterangan tertulis pada beberapa waktu lalu.
Djony menjelaskan bahwa penurunan laba ASII disebabkan salah satunya oleh lesunya bisnis otomotif. Kontribusi laba terbesar ASII yakni di segmen usaha otomotif menurun 8% YoY menjadi Rp5,3 triliun.
Menurutnya, kondisi tersebut mencerminkan volume penjualan yang lebih rendah di tengah pasar otomotif nasional yang lemah.
Adapun, entitas asosiasi yang menaungi berbagai merek otomotif di Astra mencatatkan kinerja pendapatan yang beragam. PT Astra Daihatsu Motor misalnya mencatatkan penurunan pendapatan bersih 9,06% YoY menjadi Rp1,1 triliun pada semester I/2025.
Baca Juga
Akan tetapi, PT Toyota-Astra Motor mencatatkan kinerja pendapatan yang bertumbuh pesat 35,64% YoY menjadi Rp586 miliar triliun pada semester I/2025.
Berbeda dengan ASII, IMAS mencatatkan laba sebesar Rp43,15 miliar pada semester I/2025, naik 9,36% YoY dibandingkan periode yang sama 2024 sebesar Rp39,46 miliar.
Pertumbuhan laba IMAS sejalan dengan pendapatan yang naik 2,54% YoY menjadi Rp14,76 triliun pada semester I/2025, dibandingkan Rp14,39 triliun pada semester I/2024.
Sumber pendapatan terbesar Indomobil berasal dari segmen usaha otomotif, termasuk bengkel sebesar Rp11,71 triliun, naik 3,26% YoY.
IMAS menaungi sejumlah merek seperti Suzuki, Nissan, hingga Mercedes Benz di Indonesia. Salah satu merek, yakni Suzuki mencatatkan penurunan pendapatan neto dari pelanggan 10,37% YoY menjadi Rp251,46 miliar.
Ini berbeda dengan merek Nissan yang mencatatkan kinerja pendapatan yang meningkat 47,5% menjadi Rp469,55 miliar pada paruh pertama 2025.
Dinamika kinerja laba ASII dan IMAS terjadi di tengah lesunya industri otomotif Tanah Air tahun ini. Berdasarkan data Gaikindo, sepanjang periode Januari-Juni 2025, total penjualan mobil wholesales ambles 8,6% YoY menjadi 374.740 unit, dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya sebanyak 410.020 unit.
Sementara itu, penjualan mobil secara ritel pun turun 9,7% menjadi 390.467 unit, dibandingkan dengan 6 bulan pertama 2024 sebanyak 432.453 unit.
Ketua Umum Gaikindo Yohannes Nangoi mengakui bahwa penjualan mobil di dalam negeri masih menghadapi tantangan pada tahun ini, namun dia berharap penurunannya tidak akan terlalu dalam dibandingkan tahun sebelumnya.
"Penjualan domestik turun, tapi saya masih mengharapkan bisa sampai ke angka 800.000 unit, nanti kita lihat setelah hasil tutup bulan Juli ini ya,” ujar Nangoi.
Sebagai pengingat, pada Januari-Desember 2024, total penjualan mobil secara wholesales tercatat sebesar 865.723 unit. Artinya, proyeksi penjualan mobil dari Gaikindo pada tahun ini turun sekitar 7,59%.
_____________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.