Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Dibuka Melemah ke Rp16.438 Usai The Fed Tahan Suku Bunga Acuan

Rupiah dibuka melemah ke level Rp16.438,50 pada perdagangan hari ini, Kamis (31/7/2025), usai The Fed mempertahankan suku bunga acuan sebesar 4,25%—4,50%.
Karyawan menunjukan uang dolar AS di Jakarta, Senin (14/7/2025). Bisnis/Abdurachman
Karyawan menunjukan uang dolar AS di Jakarta, Senin (14/7/2025). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dibuka melemah pada perdagangan hari ini, Kamis (31/7/2025), usai Federal Reserve atau The Fed mempertahankan suku bunga acuan sebesar 4,25%—4,50% dalam Federal Open Market Committee atau FOMC periode Juli 2025.

Berdasarkan data Bloomberg pukul 09.05 WIB, indeks nilai tukar rupiah terhadap dolar merosot ke Rp16.438,50 per dolar AS. Sementara itu, dolar AS turut berkinerja loyo dengan melemah 0,07% ke 99,74.

Sejumlah mata yang lain di Asia yang turut melemah terhadap dolar AS pada perdagangan hari ini antara lain ringgit Malaysia yang terkoreksi 0,25%, rupee India terkoreksi 0,70%, peso Filipina terkoreksi 0,80%, hingga dolar Taiwan yang terkoreksi 0,62%.

Sebaliknya, sejumlah mata uang lain justru dibuka menguat terhadap dolar. Yen Jepang, misalnya, menguat 0,36%, dolar Singapura menguat 0,23%, won Korea menguat 0,06%, yuan China menguat 0,08%, dan baht Thailand menguat 0,13%.

Adapun The Fed telah memutuskan untuk menahan suku bunga acuan 4,25%–4,50% dalam Federal Open Market Committee (FOMC) periode Juli 2025.

Powell menjelaskan bahwa indikator terbaru menunjukkan aktivitas ekonomi masih moderat pada semester pertama 2025. Berdasarkan rilis data ekonomi beberapa jam lalu, pertumbuhan ekonomi AS mencapai 3% pada kuartal II/2025, sehingga rata-rata pertumbuhan ekonomi AS pada semester I/2025 adalah 1,25%. 

Menurutnya, moderasi pertumbuhan sebagian besar mencerminkan perlambatan belanja konsumen. Powell menyoroti masih adanya ketidakpastian dalam prospek ekonomi.

Powell juga menjelaskan bahwa inflasi AS telah menurun secara signifikan dari titik tertingginya pada pertengahan 2022, tetapi masih sedikit lebih tinggi dari target jangka panjang The Fed sebesar 2%.

Melansir Reuters, Dolar AS mendekati level tertinggi dalam dua bulan terakhir, pada perdagangan Kamis (30/7/2025), setelah Ketua The Fed Jerome Powell tetap pada pendiriannya terkait suku bunga dan tidak memberikan banyak petunjuk kapan suku bunga akan diturunkan.

Dolar juga berada di jalur kenaikan bulanan pertama tahun ini, didukung oleh sikap hawkish The Fed dan ketahanan ekonomi AS, dengan ketidakpastian mengenai tarif mulai mereda seiring tercapainya sejumlah kesepakatan dagang oleh AS.

Terhadap sejumlah mata uang, dolar terakhir tercatat stabil di level 99,77. Indeks dolar diperkirakan mencatatkan kenaikan lebih dari 3% secara bulanan.

Kebijakan tarif dari Presiden AS Donald Trump dan kekhawatiran akan merosotnya kekuatan dolar di awal tahun ini sempat melemahkan mata uang tersebut. 

Namun, kekhawatiran itu kini telah mereda dan memberi harapan baru bagi dolar. Penguatan terbaru mata uang ini terjadi setelah keputusan kebijakan The Fed pada Rabu (29/7/2025), ketika Powell menegaskan bahwa masih terlalu dini untuk melonggarkan suku bunga.

“Kita masih melihat korelasi klasik tetap berlaku, dalam arti bahwa sikap hawkish The Fed mendorong kenaikan imbal hasil jangka pendek dan nilai dolar AS, sementara pasar saham kesulitan, dan kredibilitas The Fed juga mungkin semakin diperkuat oleh pandangan bahwa ketuanya masih memegang kendali,” ujar Rodrigo Catril, analis strategi mata uang senior di National Australia Bank.

Euro terakhir menguat 0,25% menjadi $1,1433, setelah sebelumnya jatuh ke level terendah dalam tujuh minggu. Mata uang ini diperkirakan akan melemah 3% sepanjang bulan.

Pound sterling juga melemah mendekati level terendah dalam 2,5 bulan, terakhir dibeli di level $1,3248 dan diperkirakan turun 3,5% bulan ini.

Para pelaku pasar kini mengurangi ekspektasi penurunan suku bunga oleh The Fed tahun ini setelah komentar Powell, dengan proyeksi sekitar 35 basis poin pelonggaran hingga Desember.

Pasar juga dihadapkan pada gelombang pengumuman tarif menjelang tenggat waktu 1 Agustus bagi negara-negara untuk mencapai kesepakatan dagang atau menghadapi tarif tinggi.

Korea Selatan menjadi salah satu negara terbaru yang mencapai kesepakatan dengan AS, setelah Trump pada Rabu mengatakan bahwa Washington akan mengenakan tarif 15% atas impor dari sekutu utama di Asia tersebut.
Won Korea Selatan menguat atas kabar tersebut, naik 0,3% menjadi 1.389,20 per dolar.

Trump juga mengenakan tarif 50% terhadap sebagian besar barang dari Brasil dan mengatakan bahwa AS masih bernegosiasi dengan India terkait perdagangan.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro