Bisnis.com, JAKARTA – Emiten pariwisata PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk. (PJAA) membukukan kinerja keuangan yang tertekan pada semester I/2025. Laba bersih PJAA bahkan susut 63,73% year on year (YoY) menjadi Rp21,69 miliar pada periode yang berakhir Juni 2025.
Melansir laporan keuangan perseroan, PJAA mencatatkan pendapatan sebesar Rp495,46 miliar pada semester I/2025. Torehan itu turun 12,76% YoY dari Rp567,95 miliar pada periode yang sama 2024.
Adapun PJAA mencatatkan penurunan yang cukup signifikan terhadap kinerja sejumlah segmen perseroan. Pada segmen pendapatan tiket misalnya, PJAA mencatatkan pendapatan sebesar Rp332,58 miliar, turun 17,23% YoY dari Rp401,83 miliar pada periode yang sama 2024.
Selain itu, pada segmen pendapatan hotel dan restoran, PJAA mencatatkan pendapatan sebesar Rp32,11 miliar pada semester I/2025. Jumlah itu menyusut 14,12% YoY dari Rp37,40 miliar pada semester I/2024. Sementara itu, pada segmen real estat, Ancol mencatatkan penjualan sebesar Rp112,09 miliar pada semester I/2025.
Dengan menyusutnya pendapatan PJAA, perseroan turut mencatatkan beban pokok pendapatan yang berkurang. Pada semester I/2025, perseroan hanya mencatatkan beban pokok pendapatan sebesar Rp14,60 miliar, turun dari Rp19,85 miliar pada periode semester I/2024.
Hal ini turut menyeret laba bruto PJAA turun sebesar 22,77% YoY dari Rp274,68 miliar pada semester I/2024, menjadi Rp212,11 miliar pada periode semester I/2025.
Baca Juga
Setelah dikurangi berbagai pajak dan beban pokok pendapatan, PJAA mencatatkan laba periode berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk atau laba bersih pada semester I/2025 sebesar Rp21,69 miliar. Torehan itu menyusut 63,73% YoY dari laba bersih PJAA pada semester I/2024 sebesar Rp59,82 miliar.
Alhasil, laba per saham PJAA juga turun 62,16% dari Rp37 per lembar pada periode semester I/2024 menjadi Rp14 per lembar pada periode yang berakhir Juni 2025.
Di tengah pelemahan kinerja PJAA, perseroan mencatatkan peningkatan liabilitas hingga 1,47% menjadi Rp1,88 triliun pada Juni 2025, dari Rp1,85 triliun pada akhir Desember 2024. Peningkatan liabilitas PJAA justru dibarengi dengan penyusutan ekuitas hingga 0,97% menjadi Rp1,71 triliun pada Juni 2025.
Meskipun begitu, PJAA mencatatkan kenaikan aset sebesar 0,29% sepanjang tahun berjalan 2025 (YtD) menjadi Rp3,60 triliun pada Juni 2025.
Di lantai Bursa, saham PJAA kini bertengger di level Rp480 per lembar. Angka itu mencerminkan koreksi sebesar 14,29% sepanjang tahun berjalan 2025, dari level Rp575 per lembar pada awal Januari 2025.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.