Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham Garuda (GIAA) Terbang di Tengah Ancang-Ancang Restrukturisasi

Saham Garuda Indonesia (GIAA) naik 4,17% di tengah restrukturisasi keuangan yang disetujui pemerintah, meski masih mencatat kerugian dan ekuitas negatif.
Pesawat garuda Indonesia mendarat di Bandara Sultan Hasanuddin Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa (11/6/2024). Bisnis/Paulus Tandi Bone
Pesawat garuda Indonesia mendarat di Bandara Sultan Hasanuddin Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa (11/6/2024). Bisnis/Paulus Tandi Bone
Ringkasan Berita
  • Harga saham Garuda Indonesia (GIAA) naik 4,17% pada perdagangan hari ini dan telah meningkat 36,36% sepanjang tahun 2025, didorong oleh langkah restrukturisasi keuangan yang disetujui oleh Menteri BUMN dan Presiden.
  • Restrukturisasi GIAA melibatkan dua tahap, yaitu Pendanaan Awal melalui Shareholder Loan (SHL) dan Setoran Modal, dengan dukungan dari PT Danantara Asset Management dan PT Citilink Indonesia.
  • Meskipun masih mencatat kerugian, GIAA menunjukkan perbaikan kinerja dengan penyusutan kerugian dan peningkatan pendapatan usaha, serta tetap menjaga pelayanan penerbangan yang baik.

* Ringkasan ini dibantu dengan menggunakan AI

Bisnis.com, JAKARTA — Harga saham emiten maskapai BUMN, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) terbang pada perdagangan hari ini, Senin (21/7/2025). Harga saham GIAA sendiri telah melesat seiring dengan langkah restrukturisasi dalam rangka penyehatan keuangannya.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), harga saham GIAA naik 4,17% pada perdagangan hari ini ke level Rp75 per lembar. Harga saham GIAA juga telah naik 11,94% dalam sebulan perdagangan terakhir. 

Sementara, saham GIAA di zona hijau, melesat 36,36% sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) atau sejak perdagangan perdana 2025.

Geliat harga saham GIAA terjadi di tengah langkah restrukturisasi. Maskapai pelat merah ini telah menjelaskan tahapan dalam proses restrukturisasi dalam rangka penyehatan keuangan perusahaan dalam keterbukaan informasi terbarunya.

Plh. Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Garuda Indonesia Buma Tesdayu mengatakan GIAA akan melakukan restrukturisasi untuk penyehatan keuangan yang telah disetujui Menteri BUMN Erick Thohir dan Presiden Prabowo Subianto.

Rancangan restrukturisasi tersebut telah mendapatkan persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 30 Juni 2025.

"Rencana restrukturisasi dilakukan dalam dua tahap, yakni Pendanaan Awal melalui Shareholder Loan (SHL) dan Setoran Modal," tulis Buma, seperti dikutip dalam keterbukaan informasi, Senin (21/7/2025). 

Dia menuturkan dalam tahap SHL, GIAA telah menandatangani Perjanjian Pinjaman Pemegang Saham dengan PT Danantara Asset Management (DAM) sebagai Kreditur dan PT Citilink Indonesia sebagai Obligor pada 24 Juni 2025.

Selanjutnya, Tahap Setoran Modal, DAM akan dilakukan konversi SHL menjadi ekuitas dan selanjutnya direncanakan penambahan setoran modal kepada GIAA dengan metode penambahan modal yang akan ditentukan kemudian. 

Dalam rangka melindungi hak pemegang saham minoritas, GIAA akan melakukan valuasi oleh Penilai untuk menentukan nilai wajar saham yang akan dikeluarkan dalam proses penambahan modal.

Dalam keterbukaan tersebut, Garuda Indonesia juga akan menyampaikan Laporan Keuangan Semester I/2025 yang telah diaudit oleh akuntan publik.

Adapun, mengacu laporan keuangan terakhir yakni pada kuartal I/2025, GIAA masih membukukan rugi bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$76,48 juta per kuartal I/2025. Meskipun, kerugian maskapai penerbangan pelat merah ini menyusut dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$87,03 juta.

Penyusutan kerugian GIAA didorong oleh kinerja pendapatan usaha yang naik 1,62% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi US$723,56 juta pada kuartal I/2025, dibandingkan US$711,98 juta pada kuartal I/2024.

Realisasi pendapatan usaha GIAA dikontribusikan terbesar dari operasi penerbangan US$668,56 juta. Kemudian, segmen usaha jasa pemeliharaan pesawat menyumbang pendapatan usaha sebesar US$95,36 juta. Lalu, pendapatan dari operasi lain-lain sebesar US$93,7 juta.

GIAA pun masih berkutat dengan ekuitas negatif, di mana liabilitas GIAA melebihi asetnya. Tercatat, aset GIAA mencapai US$6,45 miliar per kuartal I/2025. Sementara, liabilitas GIAA mencapai US$7,88 miliar.

Sebelumnya, Retail Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) Indri Liftiany Travelin Yunus mengatakan pergerakan saham GIAA pada tahun ini didorong oleh rencana pemulihan kinerja keuangan dengan dorongan Danantara.

Indri menilai suntikan dana dari Danantara kepada GIAA akan membantu GIAA membalikkan kondisi bisnis dan keuangannya.

Di sisi lain, menurut Indri, meskipun dalam kondisi merugi, GIAA tetap menjaga komitmennya dalam memberikan pelayanan penerbangan dengan sangat baik. Tercatat, GIAA berhasil memberangkatkan 91.000 jemaah haji dengan on time performance sebesar 96,4% dan menjadi capaian on time performance tertinggi operasional penerbangan haji selama tiga tahun berturut-turut.

"GIAA memiliki peluang besar untuk dapat bangkit dari keterpurukannya, mengingat Presiden RI Prabowo Subianto juga gencar memberikan stimulus berupa penurunan harga tiket pesawat sehingga traffic perjalanan udara berpotensi meningkat dan berdampak positif bagi GIAA," ujar Indri kepada Bisnis.com beberapa waktu lalu.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Namun, GIAA juga tetap dihadapkan dengan tantangan, yakni harga bahan bakarnya yang berpotensi meningkat. Hal ini mengingat harga komoditas minyak saat ini sudah kembali bergerak normal karena supply minyak masih cukup terjaga.

Equity Research Analyst Kiwoom Sekuritas Abdul Azis Setyo W. juga mengatakan restrukturisasi dan suntikan Danantara memang menjadi katalis pendorong pergerakan saham GIAA.

Di sisi lain, saat ini kondisi GIAA sudah menunjukan adanya perbaikan kinerja, seperti penyusutan kerugian.

"Hal ini [penurunan kerugian] menandakan memang ada perbaikan secara fundamental sektoral mengingat mobilitas yang meningkat dengan banyaknya hari besar dan cuti bersama," kata Azis kepada Bisnis.

Sementara, Azis menilai masih terdapat tantangan bagi GIAA yakni daya beli yang lemah. Meskipun, saat ini pemerintah sudah merilis diskon pajak pertambahan nilai (PPN) pada tiket pesawat.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro