Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Obligasi Korporasi Marak, Manajer Investasi Reksadana Semringah

Manajer investasi menyebut maraknya obligasi korporasi bakal membantu kinerja industri reksadana.
Pegawai mengamati layar transaksi obligasi di dealing room BNI, Jakarta, Rabu (21/5/2025). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai mengamati layar transaksi obligasi di dealing room BNI, Jakarta, Rabu (21/5/2025). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah emiten berbondong-bondong melakukan penerbitan obligasi memasuki semester II/2025. Bursa bahkan mencatat terdapat 25 pencatatan obligasi dan 10 sukuk pada periode 7–10 Juli 2025.

Salah satunya, emiten Prajogo Pangestu yang mencatatkan Obligasi Berkelanjutan I Petrindo Jaya Kreasi Tahap I Tahun 2025 dan Sukuk Wakalah Berkelanjutan I Petrindo Jaya Kreasi Tahap I Tahun 2025 oleh PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk. (CUAN).

Selain itu, PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) juga tengah mengantongi mandat surat utang korporasi sebesar Rp62,37 triliun hingga Juni 2025, dengan mayoritas penerbit berasal dari sektor swasta.

Merespons hal itu, Head of Investment Specialist & Product Development Sucorinvest Asset Management Lolita Liliana menyambut baik rencana tersebut. Menurutnya, rencana emiten menerbitkan sejumlah obligasi korporasi bakal membantu kinerja industri reksadana.

Lolita menilai, kondisi industri reksadana kini tidak lagi berada di reksadana pasar saham, melainkan pada pasar uang dan pendapatan tetap. Kehadiran sejumlah obligasi korporasi, menurutnya, bakal mendorong penerbitan reksadana pendapatan tetap yang tengah mengalami fase kekurangan ‘produk’.

“Kami sebenarnya mengalami kurangnya barang-barang. Terutama yang syariah. Jadi kalau penerbitan makin banyak, kami makin senang,” katanya saat ditemui di Jakarta, Selasa (15/7/2025).

Adapun berdasarkan data Pefindo, terdapat setidaknya 53 perusahaan yang berencana untuk menerbitkan surat utang korporasi pada semester II/2025. Dari rencana tersebut, sebanyak lima perusahaan datang dari sektor perbankan, dengan perkiraan nilai mencapai Rp9,7 triliun.

Peringkat berikutnya ditempati oleh multifinance yang menyumbang 8 perusahaan dengan estimasi nilai sebesar Rp9,1 triliun. Adapun, 7 perusahaan tambang berencana menerbitkan surat utang senilai Rp7,8 triliun.

“Mandat yang belum listing ini bisa menjadi gambaran prospek penerbitan di semester kedua. Nilainya mencapai Rp62 triliun,” ujar Kepala Ekonom Pefindo Suhindarto dalam konferensi pers, Selasa (15/7/2025).

Dengan kehadiran sejumlah obligasi korporasi pada semester II/2025, Lolita mengaku bahwa pihaknya cukup pede terhadap penyerapan obligasi tersebut, baik oleh ritel maupun institusi.

Salah satu alasannya, Bursa telah kehadiran 15 juta investor baru pada awal 2025. Hal ini menunjukkan bahwa peluang investor untuk melakukan investasi di reksadana pendapatan tetap menjadi lebih besar.

“Karena kan dari 15 juta SID baru ini, enggak langsung masuk ke yang volatile [saham], enggak langsung ke yang high risk. Lebih banyak ke money market dan pendapatan tetap,” katanya.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper