Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Bijih Besi Naik ke Level Tertinggi dalam Dua Pekan

Harga bijih besi bergerak menuju level tertingginya sejak Mei 2025 seiring dengan China akan beralih fokus ke reformasi sisi penawaran industri.
Salah satu pabrik pengolahan baja di Kawasan Industri Morowali/imip.co.id
Salah satu pabrik pengolahan baja di Kawasan Industri Morowali/imip.co.id

Bisnis.com, JAKARTA – Harga bijih besi bergerak menuju level tertingginya sejak Mei 2025 seiring dengan China akan beralih fokus ke reformasi sisi penawaran. Hal itu meningkatkan ekspektasi ekspansi terhadap pasar baja di Negeri Panda.

Berdasarkan data Bloomberg, harga bijih besi yang menjadi bahan baku baja ini terpantau bergerak naik ke level tertingginya dalam dua pekan ke atas US$96 per ton.

Adapun, para pemimpin di Beijing pekan ini akan mulai membatasi kapasitas industri yang sudah ketinggalan jaman, yang dapat mendorong harga bahan baku material karena ada efek positif untuk marjin pabrik baja.

Analis Citigroup Inc. melihat sinyal dari China ini akan menjadi awal dari reformasi sisi penawaran 2.0. Namun, dibandingkan dengan periode 2015-2018, analis melihat kapasitas kali ini akan dipangkas tidak terlalu agresif dan akan ada penyesuaian terbatas dari sisi permintaan.

Sebelumnya, harga bijih besi sudah turun 15% dalam setahun terakhir karena kondisi sulit ekonomi di China sebagai konsumen bijih besi terbesar di dunia. Prospek permintaan juga tidak begitu menggairahkan karena ada banyak pasokan dari Australia dan Brasil.

Analis Goldman Sachs Inc. menuliskan dalam risetnya bahwa mereka tetap waspada dengan ancaman kelebihan pasokan untuk pasar baja yang seberat 1 miliar ton. Dalam jangka pendek, harga bijih besi diperkirakan bergerak pada level support US$95 - US$100 per ton.

"Untuk produksi baja dan konsumsi bijih besih akan bergerak turun, baik karena permintaan fomestik maupun ekspor yang akan melemah, atau kewajiban pemangkasan produksi yang akan diberlakukan," kata Analis Goldman Aurelia Waltham.

Dia memperkirakan harga bijih besi bertahan di level US90 per ton dengan pertimbangan pertumbuhan pasokan akan menahan laju harga. Dengan demikian, perkiraan harga bisa menyentuh ke atas US$100 saat ini cenderung belum terlihat.

Goldman melihat harga bijih besi yang melemah pada tahun ini karena ada lonjakan impor dari India, sehingga ekspor negara itu menjadi nol dan menimbulkan potensi upside pada proyeksi 2026. Goldman sebelumnya memperkriakan India belum akan menjadi importir sampai akhir 2026 ketika harga mungkin jatuh menjadi US$80 per ton.

Data Bloomberg menunjukkan harga bijih besi berjangka Singapura naik 0,2% menjadi US$96,75 per ton pada pukul 10.22 waktu setempat, atau naik 2,2% selama sepekan. Selanjutnya, kontrak berjangka baja di Shanghai juga ikut menguat.

Sementar itu, harga tembaga melemah bersama sejumlah logam industri lainnya. Harga tembaga di London Metal Exchange turun 0,4% menjadi US9.913 pada Rabu (2/7/2025) setelah menyentuh level tertingginya pada akhir Maret 2025, dan harga aluminium melemah 0,2%.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Dwi Nicken Tari
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper