Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat ke level 6.954,49 pada perdagangan hari ini, Selasa (1/7/2025). Harga saham seperti bank jumbo kinclong.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG dibuka di posisi 6.954,39 pada perdagangan hari ini. IHSG kemudian menguat 0,39% menuju ke posisi 6.954,49 pada pukul 09.10 WIB.
Pada awal perdagangan, IHSG bergerak di rentang terbawah 6.948,63 dan tertinggi 6.971,24. Adapun, kapitalisasi pasar alias market cap saat pembukaan mencapai Rp12.229 triliun.
Pada pembukaan perdagangan hari ini, deretan saham dengan nilai transaksi saham tinggi di pasar dibuka menguat. Harga saham emiten bank jumbo misalnya kompak dibuka menghijau.
Harga saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) menguat 0,86%, harga saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) naik 0,8%, dan harga saham PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) naik 0,41% pada pembukaan perdagangan hari ini.
Selain itu, saham lain dengan transaksi tinggi seperti PT Merdeka Battery Materials Tbk. (MBMA) mencatatkan penguatan. Harga saham MBMA naik 3,48%. Kemudian, harga saham PT Amman Mineral Internasional Tbk. (AMMN) naik 2,07%.
Baca Juga
Pada perdagangan sebelumnya, Senin (30/6/2025), IHSG menguat 0,44% ditutup di level 6.927,67. Namun, IHSG telah melorot 2,15% sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) atau sejak perdagangan perdana 2025 hingga akhir semester I/2025.
Analis Phintraco Sekuritas Ratna Lim mengatakan pergerakan IHSG hari ini akan dipengaruhi oleh sejumlah faktor. Dari domestik, investor akan menantikan data neraca perdagangan per Mei 2025 yang diperkirakan surplus sebesar US$2.53 miliar dari US$0.15 miliar di April 2025.
Selain itu akan dirilis data inflasi per Juni 2025 yang diperkirakan sebesar 1,83% secara tahunan (year on year/yoy) dari 1,6% yoy di Mei 2025. Untuk inflasi inti diperkirakan sebesar 2,44% yoy dari 2,4% yoy di Mei 2025.
Pemerintah juga mengumumkan paket deregulasi tahap I, yang meliputi relaksasi aturan impor dan kemudahan berusaha di bidang perdagangan. Salah satu tujuan deregulasi ini untuk memperbaiki peringkat kemudahan usaha di Indonesia.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.