Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka melemah ke level 6.883,45 pada perdagangan awal pekan ini, Senin (30/6/2025). Harga saham seperti bank jumbo hingga PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) melorot.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG dibuka di posisi 6.936,07 pada perdagangan hari ini. IHSG kemudian melemah 0,20% menuju ke posisi 6.883,45 pada pukul 09.10 WIB.
Pada awal perdagangan, IHSG bergerak di rentang terbawah 6.876,26 dan tertinggi 6.937,89. Adapun, kapitalisasi pasar alias market cap saat pembukaan mencapai Rp12.094 triliun.
Pada pembukaan perdagangan hari ini, deretan saham dengan nilai transaksi saham tinggi di pasar dibuka melemah. Harga saham emiten bank jumbo misalnya kompak dibuka lesu.
Harga saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) melemah 0,87%, harga saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) turun 1,04%, harga saham PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) turun 1,09%, serta harga saham PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI) turun 1,46% pada pembukaan perdagangan hari ini.
Selain itu, saham lain dengan transaksi tinggi seperti ANTM mencatatkan pelemahan. Harga saham ANTM melorot 2,38%. Kemudian, harga saham PT Bumi Resources Minerals Tbk. (BRMS) turun 1,01%.
Baca Juga
Pada perdagangan sebelumnya, Kamis (26/6/2025), IHSG ditutup menguat sebesar 0,96% ke level 6.897,4. Namun, IHSG telah melemah 2,58% sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) atau sejak perdagangan perdana 2025.
Analis Phintraco Sekuritas Ratna Lim mengatakan pada pekan ini seiring dengan meredanya ketegangan konflik di Timur Tengah, perhatian pasar akan beralih kembali ke negosiasi perang dagang, harapan penurunan suku bunga, serta menantikan data ekonomi dan earning season.
Untuk perang dagang akan menjadi fokus kembali seiring semakin dekatnya batas waktu jeda tarif resiprokal selama 90 hari yaitu pada 9 Juli 2025.
Pasar juga akan mencermati Forum ECB, di mana terdapat para pembuat kebijakan, termasuk Chairman The Fed, diharapkan memberikan wawasan tentang prospek ekonomi dan moneter.
Selain itu pasar juga akan mencermati beberapa data ekonomi yang akan dirilis di pekan ini, seperti indeks PMI dan data tenaga kerja di AS, indeks PMI di China, inflasi Euro Area, Factory Orders Jerman, serta survei bisnis Tankan Jepang.
Dari domestik, pasar akan menantikan data PMI manufaktur, neraca perdagangan dan inflasi, serta cadangan devisa.
Retail Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Indri Liftiany Travelin Yunus juga mengatakan pada pekan ini atau perdagangan 30 Juni 2025 sampai 4 Juli 2025 terdapat sentimen kunci dari global dan domestik yang akan menyertai pergerakan IHSG.
Dari global ada sentimen Indeks NBS Manufacturing PMI China per Juni yang diperkirakan akan melemah terbatas ke level 49,5 dari level sebelumnya di 49,7 dikarenakan masih terbebani dengan perang tarif dan deflasi yang berlanjut. Indeks ISM Manufacturing PMI Amerika Serikat per Juni juga berdasarkan konsensusnya diperkirakan akan meningkat terbatas ke level 48,8 dari level sebelumnya 48,5.
Selanjutnya ada data nonfarm payrolls AS per Juni yang diperkirakan akan melemah ke level 129.000 dari laporan sebelumnya di level 139.000. Lalu, indeks S&P Global Composite PMI final AS per Juni yang diperkirakan akan melemah terbatas ke level 52,8 dibandingkan laporan bulan sebelumnya di level 53.
Dari domestik, terdapat sentimen indeks S&P Global Manufacturing PMI Indonesia per Juni yang diprediksi akan meningkat terbatas ke level 48,5 dari laporan sebelumnya di level 47,4. Lalu, ada data neraca perdagangan Indonesia per Mei diperkirakan akan bertumbuh.
"Secara garis besar sentimen dalam sepekan terakhir mulai dari aksi gencatan senjata hingga prospek pemangkasan suku bunga yang lebih cepat dapat menjadi sentimen positif untuk IHSG. Saya menilai bahwa saat ini fokus para pelaku pasar akan mulai beralih dari ketegangan di Timur Tengah kepada prospek pemangkasan suku bunga dan kebijakan mengenai tarif," kata Indri dalam keterangan tertulis pada Senin (30/6/2025).
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.