Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sucor Sekuritas Pangkas Proyeksi Laba untuk Bank Mandiri (BMRI), Simak Alasannya

Sucor Sekuritas memangkas proyeksi laba untuk PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) usai mencatatkan pertumbuhan tipis per Mei 2025.
Gedung Bank Mandiri/Bisnis-Annisa S. Rini
Gedung Bank Mandiri/Bisnis-Annisa S. Rini

Bisnis.com, JAKARTA — Sucor Sekuritas memangkas proyeksi laba untuk PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) usai mencatatkan pertumbuhan tipis per Mei 2025.

Berdasarkan laporan teranyar, Sucor Sekuritas memangkas proyeksi laba untuk BMRI menjadi Rp55,6 triliun untuk sepanjang 2025 (terkoreksi 0,3% year-on-year/YoY). Selain itu, sekuritas ini memperkirakan laba perseroan akan mencapai Rp59,6 triliun untuk 2026 atau naik 7,2% YoY.

“Di tengah pengetatan likuiditas yang berkelanjutan, tecermin dari tekanan NIM [net interest margin/margin bunga bersih] dan pertumbuhan aset yang lemah, bersama dengan kenaikan bertahap dalam biaya kredit karena pelemahan berkelanjutan dalam daya beli, kami merevisi turun proyeksi laba kami [untuk BMRI],” jelas Edward Lowis, analis Sucor Sekuritas, dalam laporan yang dirilis, Rabu (25/6/2025).

Dalam laporan itu, Sucor Sekuritas menunjukkan bahwa laba bersih (bank only) Bank Mandiri pada Januari—Mei 2025 mencapai Rp19,7 triliun atau tumbuh sekitar 0,1% YoY.

Pada periode itu, Sucor Sekuritas menyoroti biaya dana (cost of fund/CoF) BMRI yang masih tinggi.

“Biaya dana yang lebih tinggi terus mengimbangi momentum pendapatan yang kuat,” jelasnya.

Selain itu, Sucor Sekuritas menilai biaya kredit biaya kredit (cost of credit/CoC) yang tetap terkendali per Mei 2025 sebenarnya masih berada di bawah panduan manajemen untuk sepanjang tahun yakni pada kisaran 1,0%–1,2%. 

Dari sisi kredit, Sucor Sekuritas juga menyoroti pertumbuhan yang masih lesu dengan total pinjaman beredar (outstanding loan) terbilang stagnan sebesar Rp1.310 triliun (0% pada periode tahun berjalan atau year-to-date/YtD). Angka itu, sebut Edward, jauh di bawah target awal manajemen untuk 2025 yakni sebesar 10%—12%.

“Kami yakin kombinasi likuiditas yang ketat, biaya pendanaan yang tinggi, dan meningkatnya tingkat tunggakan akan terus membatasi pertumbuhan pinjaman jangka pendek.”

Di sisi pendanaan, Sucor Sekuritas turut menyoroti pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yang terutama didorong oleh deposito berjangka, sedangkan peningkatan dana murah alias current account saving account (CASA) yang tetap moderat. 

“Akibatnya, rasio CASA terus menurun, mencapai 77,6% per Mei 2025 (vs. puncak 80,6% pada Februari 2024), yang kemungkinan akan terus menekan NIM dalam waktu dekat,” jelas Edward.

Proyeksi Laba BMRI Semester II/2025

Sucor Sekuritas pun memperkirakan pertumbuhan laba BMRI akan tetap teredam pada semester II/2025. Salah satu pemicunya adalah biaya kredit BMRI berpotensi meningkat pada paruh kedua tahun ini. 

“Kami tetap berpandangan bahwa pencadangan kemungkinan akan meningkat pada bulan-bulan mendatang. Kami memperkirakan pelemahan berkelanjutan dalam kualitas aset, khususnya di segmen mikro dan konsumen, karena daya beli masih tertekan,” jelas Edward.

Dengan biaya kredit yang berpotensi terkerek, ditambah dengan pertumbuhan kredit yang teredam dan tekanan margin yang berkelanjutan, Edward menilai momentum pertumbuhan laba perseroan akan kian terbebani pada paruh kedua tahun ini. 

Sejalan dengan revisi estimasi laba itu, Sucor Sekuritas menurunkan target harga saham untuk Bank Mandiri menjadi Rp6.370, kendati tetap mempertahankan rating buy.

Edward menilai bahwa tekanan terhadap laba dapat membatasi kenaikan kinerja dalam jangka pendek. Namun, jelasnya, BMRI memiliki modal besar untuk menjaga profitabilitas jangka panjang.

“Kami mempertahankan rating BELI kami, didukung oleh waralaba pendanaan BMRI yang kuat di seluruh segmen ritel dan grosir dan kualitas aset yang relatif tangguh, yang kami yakini akan mendukung profitabilitas jangka panjang,” pungkasnya.

-----------------------

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper