Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investor 'Wait and See' untuk Investasi Besar-Besaran di Pasar Saham RI

Partisipasi aktif dari investor institusi, baik domestik maupun asing, di pasar saham Indonesia masih tergolong rendah belakangan ini.
Warga mencari informasi harga saham di Jakarta, Minggu (15/6/2025). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Warga mencari informasi harga saham di Jakarta, Minggu (15/6/2025). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA — Partisipasi aktif dari investor institusi, baik domestik maupun asing, di pasar saham Indonesia masih tergolong rendah dikarenakan sikap wait and see menantikan kepastian arah pasar.

Chief Economist & Head of Research Mirae Asset Sekuritas Rully Arya menilai kondisi ketidakseimbangan likuiditas sebagai salah satu penyebab rendahnya Ratio Nilai Transaksi Harian (RNTH) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sementara itu, fluktuasi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dipicu oleh faktor eksternal maupun internal turut memperkuat sikap wait and see di kalangan pelaku pasar.

“Banyak investor enggan melakukan transaksi besar-besaran karena masih menunggu kepastian arah pasar,” jelasnya kepada Bisnis, Senin (23/6/2025)

Dia juga menambahkan bahwa pengembangan produk pasar modal yang belum optimal seperti instrumen derivatif maupun sistem perdagangan yang lebih canggih, ikut menahan potensi peningkatan likuiditas pasar.

Rully mengusulkan sejumlah langkah strategis yang bisa diambil oleh otoritas, khususnya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) agar edukasi dan literasi keuangan ditingkatkan untuk mendorong pemahaman dan partisipasi aktif masyarakat. Hal tersebut harus dibarengi dengan digitalisasi dan penyederhanaan proses transaksi di pasar modal agar akses menjadi lebih inklusif dan efisien.

Dia menilai bahwa kebijakan pembukaan kode broker dan domisili investor bisa menjadi stimulus positif untuk meningkatkan transparansi serta mendorong aktivitas transaksi di bursa. Namun, langkah ini disebut harus diiringi dengan penguatan regulasi dan edukasi yang memadai agar manfaatnya benar-benar terasa bagi pasar secara keseluruhan.

Direktur Panin Asset Management Rudiyanto menjelaskan target transaksi saham harian rata-rata (RNTH) sebesar Rp13,5 triliun pada tahun 2025 dinilai belum menunjukkan capaian optimal. Beberapa faktor menjadi penyebab rendahnya aktivitas pasar, mulai dari fluktuasi harga saham, minimnya transparansi informasi, hingga menurunnya partisipasi institusi domestik.

“Biasanya, nominal transaksi sejalan dengan kenaikan harga saham. Dalam kondisi harga terus naik, investor cenderung aktif melakukan transaksi,” katanya.

Sebaliknya, saat harga saham fluktuatif atau cenderung melemah, investor yang 'nyangkut' lebih memilih menunggu hingga harga kembali pulih sebelum melepas sahamnya.

Transparansi menjadi salah satu aspek penting dalam mendorong aktivitas pasar. Keterbukaan informasi, termasuk kode broker dan domisili investor, dinilai dapat memberikan kenyamanan lebih bagi investor dalam mengambil keputusan.

“Jika kode broker bisa dibuka, tentu akan lebih baik. Informasi yang transparan membuat investor lebih nyaman,” jelasnya.

Untuk mendongkrak transaksi saham di bursa, dia mengusulkan adanya evaluasi aturan mengenai porsi minimal saham publik atau free float yang saat ini masih tergolong rendah dibanding bursa luar negeri.

“Kepemilikan saham oleh investor AS biasanya tersebar. Di Indonesia, rata-rata pengendali masih memegang lebih dari 50%. Meningkatkan jumlah saham free float ke 15–20% akan lebih baik," terangnya.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper