Bisnis.com, JAKARTA — Sovereign wealth fund Tanah Air, Danantara tengah bergeliat menyasar berbagai proyek investasi, termasuk di teknologi energi dari sampah atau waste to energy. Segmen usaha itu pun tengah dikembangkan oleh emiten PT TBS Energi Utama Tbk. (TOBA).
Namun, Manajemen TOBA menegaskan bahwa selama ini tidak ada kerja sama investasi TOBA dengan Danantara.
"Kami sampaikan [kabar investasi Danantara ke TOBA] itu tidak benar, tidak berdasar. Tidak ada aksi korporasi yang berlangsung," kata SVP Corporate Finance & Investor Relations Mirza Hippy dalam public expose pada Jumat (20/6/2025).
Adapun, kabar investasi Danantara ke TOBA mencuat seiring dengan geliat Danantara berinvestasi di berbagai sektor, termasuk teknologi waste to energy atau teknologi pengolahan sampah menjadi energi.
Sebelumnya, CEO Danantara Rosan Roeslani menegaskan bahwa Danantara tengah memfinalisasi sejumlah proyek investasi di sektor-sektor prioritas seperti penghiliran sumber daya alam, kesehatan, serta energi bersih—termasuk teknologi waste to energy.
Dia menyampaikan bahwa Danantara siap berinvestasi dalam proyek-proyek waste to energy di berbagai daerah, sambil memastikan semua aspek kelayakan terpenuhi.
Baca Juga
CIO Danantara Pandu Sjahrir juga mengatakan pengolahan sampah merupakan bisnis yang menjanjikan untuk dikembangkan. Meski belum ada investor yang akan masuk pada sektor ini, tetapi bisnis ini mulai dilirik oleh Singapura, Korea Selatan, Jepang, China dan Eropa.
Namun demikian, investasi yang diinginkan Indonesia pada bisnis pengolahan sampah menjadi energi, tidak hanya berupa pendanaan saja tetapi juga dari sisi teknologi.
Pandu sendiri sebelumnya merupakan Wakil Direktur Utama TOBA. Seiring dengan diangkatnya menjadi CIO Danantara, Pandu kemudian mundur dari jabatannya di TOBA itu.
Adapun, TOBA memang saat ini tengah gencar mengembangkan bisnis pengolahan sampah. Awal Maret ini, TOBA telah merampungkan proses akuisisi Sembcorp Environment Pte Ltd (SembEnviro), perusahaan Singapura yang bergerak di bidang pengelolaan limbah dan solusi lingkungan. Nilai transaksi akuisisi ini mencapai 405 juta dolar Singapura atau sekitar Rp4,77 triliun.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.