Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Ambrol Lebih dari 2% ke Bawah 7.000, Cek Penyebabnya

Indeks harga saham gabungan (IHSG) tercatat ambrol hingga lebih dari 2% pada sesi II hari ini, Kamis (19/6/2025).
Investor mengamati pergerakan harga saham di Jakarta, Selasa (3/6/2025). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Investor mengamati pergerakan harga saham di Jakarta, Selasa (3/6/2025). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Indeks harga saham gabungan (IHSG) tercatat turun hingga 2,30% pada sesi II hari ini, Kamis (19/6/2025). Pelemahan ini salah satunya diperkirakan akibat eskalasi konflik Israel dan Iran. 

Sebagai informasi, berdasarkan data RTI Infokom sampai pukul 15.00 WIB IHSG turun 2,30% ke level 6.944,47. IHSG tercatat telah terkoreksi sebesar 1,95% sejak awal tahun.  

Saham-saham perbankan tercatat ambrol sampai pukul 15.00 WIB, dengan saham BBRI turun 3,05% ke level Rp3.820, saham BBCA terkoreksi 1,40% ke level Rp3.310, saham BMRI melemah 3,25% ke level Rp4.910, dan saham BBNI melemah 4,42% ke level Rp4.110.

Analis dan VP, Head of Marketing, Strategy, and Planning Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi menjelaskan penurunan IHSG terjadi seiring dengan beberapa sentimen. Sentimen pertama adalah karena eskalasi Iran vs Israel yang diperkirakan berlangsung panjang, setelah G7 memberikan pernyataan tekanan kepada Iran. 

“Sehingga kekhawatiran pasar meningkat dan mendorong perpindahan aset,” kata Audi, Kamis (19/6/2025). 

Penyebab lainnya menurut Audi adalah karena melambatnya potensi pemangkasan suku bunga, seiring dengan kekhawatiran dampak terhadap inflasi. Audi menyebut, berdasarkan data CME FedWatch peluang pemangkasan suku bunga The Fed (Fed Fund Rate/FFR) saat ini hanya sebesar 25bps hingga Desember 2025. 

Hal ini menurutnya berpotensi menekan daya beli dan permintaan kredit, sehingga berdampak pada perlambatan ekonomi.

Audi melanjutkan pihaknya melihat koreksi yang terjadi berpotensi mengubah tren IHSG, terlebih jika ditutup di bawah level 7.000 yang menjadi support psikologis saat ini. 

“Kami melihat peluang koreksi masih terbuka hingga level 6.800-6.900 dalam jangka pendek,” ucap Audi.

Meskipun terjadi pelemahan, Audi melihat peluang penguatan berpotensi didorong oleh sentimen de-eskalasi di Timur Tengah, dan meredakan kenaikan harga minyak mentah yang akan berdampak terhadap inflasi global. 

Peluang lainnya datang dari pertumbuhan kinerja semester I/2025, terlebih dari emiten blue chips. Peluang terhadap penguatan IHSG juga datang dari pandangan bank sentral yang lebih dovish, termasuk dari BI.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper