Bisnis.com, JAKARTA — Kondisi pasar saham Indonesia pada semester II/2025 diperkirakan masih memiliki volatilitas tinggi, dengan fokus investor ke akhir masa jeda pemberlakuan tarif AS ke sejumlah negara mitra dagangnya.
Liew Kong Qian, Head of Investments PT Eastspring Investments Indonesia, mengatakan memasuki paruh kedua tahun ini investor perlu mencermati risiko volatilitas pasar. Beberapa sentimen seperti masa jeda pemberlakuan tarif AS ke sejumlah negara yang akan berakhir, terutama antara AS dan China.
Adapun, pengumuman tarif pada kuartal I/2025 telah memukul IHSG karena terjadi aksi jual besar-besaran dari investor asing. Aksi proteksionisme AS tersebut dikhawatirkan bakal membawa turun pertumbuhan ekonomi global.
"Di dalam negeri, investor perlu mencermati potensi pelemahan pertumbuhan PDB dan potensi penurunan ekspor ke US maupun ke China yang berdampak terhadap defisit transaksi berjalan," kata Liew kepada Bisnis, Kamis (19/6/2025).
Eastspring Indonesia yang merupakan manajer investasi pun mengarahkan fokus strategi saham ke emiten yang memiliki pertumbuhan baik, kondisi keuangan solid, serta memberikan imbal hasil dividen menarik.
Liew menyebut di tengah kondisi volatilitas pasar, saham big caps dengan fundamental bisnis yang kokoh tetap atraktif secara valuasi.
"Kami berminat terhadap sektor-sektor domestik yang didukung oleh fundamental yang kuat dan sejalan dengan arah kebijakan pemerintah, seperti sektor konsumsi dan keuangan," ujar Liew.
Dia berpendapat emiten perbankan besar dengan rasio dana murah (Current Account Saving Account/CASA) tinggi dan valuasi yang menarik akan menawarkan potensi pertumbuhan seiring membaiknya likuiditas sistem keuangan.
Selain itu, Eastspring juga overweight ke saham-saham di sektor konsumsi dengan pertimbangan emiten di sektor ini didukung oleh berbagai program pemerintah yang dapat memulihkan daya beli konsumen.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG ditutup turun 1,96% menjadi 6.968,63 pada Kamis (19/6/2025). Sejak awal tahun, IHSG tertekan 1,57%.
Dilihat dari indeks sektoral, indeks saham keuangan memberikan return -2,46% year-to-date (ytd), sektor konsumen nonsiklikal -9,05% dan sektor konsumen siklikal -14,20%.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.