Bisnis.com, JAKARTA — Emiten energi PT TBS Energi Utama Tbk. (TOBA) memproyeksikan masih mencatatkan rugi pada 2025 setelah divestasi aset pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).
Direktur TBS Energi Utama Juli Oktarina mengatakan seiring dengan transaksi divestasi PLTU yang telah rampung pada tahun ini, perseroan akan mencatatkan kerugian secara akuntansi. Namun, menurutnya, arus kas tetap mencatatkan keuntungan.
"Untuk target kami 2025, kami akan terkena dampak adanya divestasi PLTU. Jadi rugi secara akuntansi," kata Juli dalam public expose pada Jumat (20/6/2025).
TOBA sendiri telah menjual aset dua PLTU mereka yang berkapasitas 200 MW yakni PT Minahasa Cahaya Lestari (MCL) dan PT Gorontalo Listrik Perdana (GLP). Nilai penjualan saham mencapai kurang lebih US$144,8 juta.
Dari divestasi itu, TOBA memperoleh keuntungan kas di samping dari dividen yang telah diterima selama PLTU beroperasi. Namun, dari sisi pencatatan akuntansi keuangan, transaksi tersebut tetap dinilai sebagai pencatatan kerugian non kas.
Standar akuntansi PSAK memang mengharuskan pencatatan di muka atas pendapatan konstruksi pembangkit dan transmisi Independent Power Producer (IPP) dengan skema Build Own Operate Transfer (BOOT) selama 25 tahun sesuai periode perjanjian jual beli listrik (PJBL) yang berlaku.
Baca Juga
TOBA sendiri mendivestasi dua PLTU itu sebagai upaya transisi ke bisnis yang berkelanjutan. Sebelumnya, Juli menyatakan aksi divestasi dua PLTU juga mendukung target untuk mencapai netralitas karbon pada 2030.
"Hasil dari transaksi ini akan dialokasikan untuk investasi di sektor-sektor berkelanjutan, penguatan struktur pemodalan perusahaan, dan rencana pembelian kembali saham yang bertujuan memberikan nilai lebih bagi para pemegang saham," ujar Juli terpisah, pada tahun lalu (7/10/2024).
Bersama dengan divestasi saham secara tidak langsung di PT Paiton Energy yang telah dilakukan pada 2021, transaksi divestasi di dua PLTU pun dinilai memberikan keuntungan lebih dari US$100 juta.
Di sisi lain, aksi divestasi dinilai akan membantu TOBA untuk menciptakan nilai tambah melalui pengurangan utang konsolidasi sebesar lebih dari 70%. Nilai tambah ini akan meningkatkan fleksibilitas TOBA untuk melakukan investasi yang lebih besar di sektor usaha keberlanjutan, seperti energi baru terbarukan, ekosistem kendaraan listrik, serta manajemen limbah.
Divestasi pun dinilai mampu meningkatkan akses terhadap sumber pembiayaan yang lebih bervariasi, biaya pendanaan yang lebih kompetitif, dan meningkatkan nilai investasi pemegang saham TOBA.
Dari sisi keberlanjutan, divestasi kedua aset PLTU juga akan menyumbang pengurangan emisi karbon TBS Energi Utama secara total sebesar 80% atau sekitar 1,3 juta ton CO2e per tahun.
Di sisi lain, seiring dengan upaya mendivestasi PLTU, TOBA pun gencar mengembangkan peluang bisnis di segmen berkelanjutan.
Awal Maret ini, TOBA misalnya merampungkan proses akuisisi Sembcorp Environment Pte Ltd (SembEnviro), perusahaan Singapura yang bergerak di bidang pengelolaan limbah dan solusi lingkungan. Nilai transaksi akuisisi ini mencapai 405 juta dolar Singapura atau sekitar Rp4,77 triliun.
"Untuk pengembangan bisnis non batu bara, setiap tahun kami hitung secara holistik return on investment. Setelah investasi, kami monitor secara reguler operasional perusahaan agar sesuai dengan target yang diharapkan," kata Juli.
TOBA sendiri telah mencatatkan rugi periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk alias rugi bersih sebesar US$60,05 juta pada kuartal I/2025, berbalik dari posisi sebelumnya laba bersih US$11,52 juta.
Adapun, sepanjang 2024, TOBA mencatatkan laba bersih sebesar US$28,47 juta, naik 260,08% secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan laba tahun sebelumnya di angka US$7,9 juta.
Pada periode itu, TOBA mencatatkan pendapatan sebesar US$445,6 juta dengan EBITDA yang disesuaikan mencapai US$131,4 juta, naik 34,5% dibandingkan dengan US$97,7 juta pada tahun sebelumnya.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.