Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investor Pantau Rapat The Fed dan Kondisi Timur Tengah, Harga Emas Lesu

Harga emas di pasar spot tercatat turun 1,37% ke level US$3.385,23 per troy ounce setelah sempat menyentuh level tertinggi sejak 22 April.
Pegawai menunjukan emas batangan di kantor cabang Pegadaian di Depok, Jawa Barat, Selasa (6/5/2025). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai menunjukan emas batangan di kantor cabang Pegadaian di Depok, Jawa Barat, Selasa (6/5/2025). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Harga emas turun lebih dari 1% seiring dengan aksi ambil untung oleh investor setelah harga menyentuh level tertinggi delapan pekan. Pasar tengah mencermati perkembangan konflik Israel-Iran serta rapat kebijakan moneter Federal Reserve pekan ini.

Melansir Reuters pada Selasa (17/6/2025), harga emas di pasar spot tercatat turun 1,37% ke level US$3.385,23 per troy ounce setelah sempat menyentuh level tertinggi sejak 22 April. Pada Jumat pekan lalu, harga emas sempat naik lebih dari 1%. Sementara itu, harga emas berjangka AS melemah 1,03% di posisi US$3.417,30 per troy ounce.

“Perlu diingat bahwa harga emas telah menguat dalam beberapa sesi terakhir, terutama dipicu oleh meningkatnya konflik antara Israel dan Iran. Hari ini kita melihat koreksi, kemungkinan besar karena aksi ambil untung setelah kenaikan sebelumnya,” kata David Meger, Direktur Perdagangan Logam di High Ridge Futures.

Ketegangan geopolitik terus berlanjut setelah Iran mendesak Presiden AS Donald Trump untuk memaksa Israel menghentikan serangan udara sebagai satu-satunya jalan menuju gencatan senjata. Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan negaranya tengah berada di jalur menuju kemenangan.

Di sisi lain, para pemimpin negara-negara G7 memulai pertemuan tahunan di Kanada. Sementara itu, indeks berjangka saham AS menguat, dan dolar melemah tipis dalam perdagangan yang cenderung fluktuatif.

Fokus investor juga tertuju pada rapat kebijakan dua hari Federal Reserve, yang dijadwalkan berakhir pada Rabu (18/6/2025) waktu setempat. Bank sentral AS diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuannya tetap di level saat ini.

“Dengan tingginya ketidakpastian di perekonomian—mulai dari tarif perdagangan hingga ketegangan geopolitik—Fed tampaknya memilih menahan suku bunga. Jadi, bukan hal mengejutkan jika keputusan pemangkasan suku bunga kembali ditunda,” ujar Meger.

Adapun, emas sering dianggap sebagai aset lindung nilai saat terjadi ketidakstabilan geopolitik dan lonjakan inflasi. Selain itu, logam mulia ini juga cenderung mendapat dukungan di lingkungan suku bunga rendah, mengingat emas tidak memberikan imbal hasil seperti aset berbunga lainnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper