Bisnis.com, JAKARTA — PT Futura Energi Global Tbk. (FUTR) mengonfirmasi adanya negosiasi pengambilalihan saham oleh PT Aurora Dhana Nusantara (Ardhantara) yang berpotensi mengubah status pengendali perseroan.
Dalam keterbukaan informasi, Direktur Utama FUTR Tonny Agus Mulyanto mengatakan bahwa Ardhantara tengah melakukan negosiasi dengan PT Digital Futurama Global (DFG) selaku pemegang saham pengendali.
DFG saat ini menggenggam 3,27 miliar saham atau setara dengan 49,325% modal ditempatkan dan disetorkan dalam FUTR. Apabila transaksi tuntas, Ardhantara akan menjadi pengendali baru perseroan.
“Negosiasi bertujuan merumuskan transaksi jual-beli saham perseroan yang dimiliki dan DFG sebagaimana dijelaskan dan setelah penyelesaian transaksi tersebut, Ardhantara akan menjadi pengendali baru perseroan,” ujar Tonny dalam surat kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), dikutip Kamis (21/8/2025).
Dia menjelaskan proses negosiasi ditandai dengan penandatanganan term sheet pada 15 Agustus 2025. Namun, dokumen itu masih bersifat bersyarat dan belum dapat dianggap sebagai transaksi pengambilalihan.
Selain itu, penyelesaian rencana akuisisi akan bergantung pada terpenuhinya syarat dan ketentuan dalam term sheet, termasuk syarat tangguh yang disepakati. Klausul pengakhiran juga disiapkan jika syarat tidak terpenuhi.
Baca Juga
Tonny menyampaikan bahwa transaksi pengambilalihan tersebut baru akan sah setelah adanya Perjanjian Pembelian Saham Bersyarat.
Dalam kesempatan terpisah, Presiden Komisaris Ardhantara Anggara Suryawan menyatakan akuisisi FUTR merupakan langkah strategis untuk menjadikan perusahaan sebagai pemain utama di sektor energi bersih nasional.
“Melalui FUTR, kami akan mengintegrasikan aset energi terbarukan, termasuk geotermal Gunung Slamet melalui anak usaha SAE, serta sejumlah aset lain yang sedang difinalisasi,” ujar Anggara dalam keterangan tertulis.
Salah satu proyek andalan perseroan adalah geotermal Gunung Slamet, Jawa Tengah, dengan potensi kapasitas sekitar 220 MW. Proyek ini sudah mengantongi Power Purchase Agreement (PPA) bersama PT PLN (Persero).
Selain geotermal, Ardhantara juga menyiapkan ekspansi ke pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), LPG, dan green methanol. Menurut Anggara, proyek-proyek ini akan menjadi pilar transisi menuju target net zero emission2060.
Investasi awal lebih dari US$80 juta atau sekitar Rp1,2 triliun telah digelontorkan untuk eksplorasi dan pembangunan infrastruktur tahap awal.
Tahap pengeboran dijadwalkan dimulai pada 2026–2027 dengan menggandeng mitra global seperti PetroChina, Sinopec, Ormat, hingga Norinco International.
Direktur Utama Ardhantara Gregory Dhanan menambahkan bahwa kapitalisasi pasar FUTR dapat menyamai perusahaan energi terbarukan lain yang sudah lebih dulu tercatat di BEI, seperti PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN) dan PT Dian Swastatika Sentosa Tbk. (DSSA).
Untuk memperkuat permodalan, Ardhantara menyiapkan aksi korporasi berupa rights issue dalam waktu dekat. Perusahaan juga membuka peluang kerja sama dengan investor strategis maupun mitra internasional.
“Visi kami adalah menjadikan FUTR bagian dari ekosistem energi global. Sejumlah mitra internasional sudah menyatakan minat, dan kami terbuka untuk kolaborasi,” pungkas Gregory.
________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.