Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Obligasi Tenor Pendek Diproyeksi Jadi Primadona

Obligasi tenor pendek dengan durasi rendah dinilai sebagai instrumen surat utang yang atraktif.
Pegawai mengamati layar transaksi obligasi di dealing room BNI, Jakarta, Rabu (21/5/2025). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai mengamati layar transaksi obligasi di dealing room BNI, Jakarta, Rabu (21/5/2025). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA— Obligasi tenor pendek dengan durasi rendah dinilai sebagai instrumen surat utang yang atraktif di tengah gejolak global, serta ekspektasi penurunan suku bunga The Fed dan Bank Indonesia hingga akhir tahun ini. 

Laras Febriany, Portfolio Manager, Fixed Income PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI), mengatakan ekspektasi redanya perang dagang dan meningkatnya preferensi dan alokasi investasi ke luar AS yang membuat indeks dolar AS melemah membuka peluang bagi pemerintah untuk terus menjaga stabilitas rupiah. 

Tekanan pada rupiah juga berkurang setelah berlalunya periode musiman pembayaran dividen dan kebutuhan dolar AS terkait musim ibadah Haji. 

“Kami memperkirakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sampai akhir tahun akan berada di kisaran Rp16.200–Rp16.900,” ujarnya dalam riset, dikutip Senin (16/6/2025). 

Untuk suku bunga, lanjutnya, Bank Indonesia (BI) mengindikasikan ruang pemangkasan suku bunga masih terbuka di tengah inflasi sangat terjaga dan adanya urgensi untuk mendukung pertumbuhan melalui pelonggaran moneter. 

“Proyeksi kami untuk BI Rate sampai akhir tahun ini setidaknya adalah 5,25%.”

Selain lewat penurunan BI Rate, Laras menyampaikan ekspektasi perbaikan likuiditas pasar ke depan juga terjadi setelah BI menurunkan rasio PLM (Penyangga Likuiditas Makroprudensial) sebesar 100 bps yang diperkirakan menghasilkan tambahan likuiditas pasar senilai kisaran Rp90 triliun. 

Likuiditas juga akan meningkat seiring dengan jatuh tempo Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) yang  mencapai puncaknya bulan-bulan mendatang. Pada kuartal III/2025 sebesar Rp273 triliun dan kuartal IV/2025 senilai Rp224 triliun.

“Seiring dengan ekspektasi penurunan Fed Funds Rate serta BI rate hingga akhir tahun ini, obligasi tenor pendek dengan durasi rendah masih menjadi opsi paling menarik dalam berinvestasi saat ini,” tuturnya. 

Laras menyampaikan dengan turunnya suku bunga acuan, imbal hasil obligasi ikut mengalami penurunan sehingga investasi pada tenor tersebut diharapkan dapat mencetak capital gain. Kupon obligasi juga dapat menjadi bantalan di tengah tingginya ketidakpastian serta volatilitas jangka pendek yang diperkirakan masih akan terjadi.

Meski demikian, sejumlah sentimen yang mempengaruhi pasar obligasi harus terus dicermati. Sentimen itu a.l. berlanjutnya volatilitas pada imbal hasil US Treasury dengan diturunkannya peringkat kredit AS, serta berlanjutnya perang tarif antara AS dan China.  

Dari sisi domestik, apabila stimulus yang digelontorkan pemerintah tidak tepat sasaran sehingga konsumsi belum dapat pulih sepenuhnya sehingga dapat berpengaruh kepada pertumbuhan ekonomi. 

Katalis positif yang diharapkan dapat menopang pasar yakni terjaganya pasokan obligasi denominasi rupiah, dengan rencana kenaikan penerbitan obligasi global, baik dalam dolar AS maupun dalam mata uang asing lainnya seperti dolar Australia dan yuan China. 

Ekspektasi penurunan penerbitan SRBI dan tingginya jumlah jatuh tempo SRBI di pasar juga diharapkan dapat meningkatkan likuiditas pada pasar obligasi.

Dalam riset terpisah, Head of Fixed Income Research BNI Sekuritas Amir Dalimunthe mengatakan bahwa selain mencermati perkembangan tensi geopolitik di Timur Tengah, investor juga menanti hasil FOMC Meeting the Fed dan Rapat Dewan Gubernur BI yang akan diumumkan minggu ini. 

BNI Sekuritas memperkirakan weekly range untuk yield SUN 10 tahun pada periode 16 – 20 Juni di kisaran 6,63-6,84%. BNI Sekuritas juga melihat adanya risiko meningkatnya volatilitas harga instrumen SBN berdenominasi rupiah.

Berdasarkan valuasi yield curve, BNI Sekuritas memperkirakan bahwa obligasi berikut akan menarik bagi para investor: FR0099, FR0052, FR0065, FR0075, FR0106.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ana Noviani
Editor : Ana Noviani
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper