Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar AS Terperosok, Nilai Tukar Rupiah Dibuka Menguat ke Rp16.252

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dibuka menguat ke posisi Rp16.252 pada perdagangan hari ini, Kamis (12/6/2025).
Pegawai melayani nasabah melakukan penukaran mata uang dolar Amerika Serikat (AS) di Jakarta, Rabu (4/6/2025). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai melayani nasabah melakukan penukaran mata uang dolar Amerika Serikat (AS) di Jakarta, Rabu (4/6/2025). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka menguat ke posisi Rp16.252 pada perdagangan hari ini, Kamis (12/6/2025). Di sisi lain, greenback terpantau melemah cukup dalam.

Mengutip Bloomberg, rupiah dibuka menguat sebesar 8 poin atau 0,05% menuju level Rp16.252 per dolar AS. Adapun indeks dolar AS tergelincir 0,25% ke 98,38.

Sementara itu, mata uang di Asia mayoritas dibuka menguat. Yuan China menguat 0,03% bersama yen Jepang sebesar 0,33%. Sementara itu, ringgit Malaysia dan rupee India dibuka naik dengan persentase masing-masing 0,11% dan 0,12% terhadap dolar AS.

Analis mata uang Ibrahim Assuaibi menerangkan bahwa penguatan rupiah yang terjadi tidak terlepas dari sejumlah faktor dari dalam maupun luar negeri.

Dari eksternal, perkembangan tarif Trump di pengadilan banding menjadi perhatian pelaku pasar. Adapun, tarif Trump tetap berlaku dan berita itu mengimbangi optimisme bahwa AS dan China sudah mencapai progres dalam perundingan dagang.

“Meskipun para pejabat memberikan sedikit rincian aktual tentang perjanjian tersebut,” kata Ibrahim dalam keterangannya, dikutip Kamis (12/6/2025).

Selain itu, fokus pelaku pasar juga tertuju ke data inflasi harga konsumen AS. Rilis data inflasi akan memberikan arah lebih lanjut mengenai kondisi ekonomi AS.

Data tersebut, kata Ibrahim, diperkirakan bakal menunjukkan penguatan inflasi pada Mei 2025. Sementara dari dalam negeri, pelaku pasar masih mencermati perbedaan angka garis kemiskinan versi Bank Dunia dan BPS.

Bank Dunia yang menggunakan purchasing power parity dan BPS yang menggunakan metode cost of basic needs, memberikan perbedaan hasil yang signifikan.

BPS mencatat tingkat kemiskinan nasional sebesar 8,57% atau 24 juta jiwa. Menurut Bank Dunia, dengan garis kemiskinan 6,85 dolar AS PPP per kapita per hari, sekitar 60,3% penduduk Indonesia dianggap hidup di bawah standar kemiskinan pada 2024.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ana Noviani
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper