Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Berpeluang Menguat Pekan Depan, Sentimen The Fed Jadi Katalis

Rupiah diperkirakan melanjutkan penguatan pada perdagangan pekan depan, Selasa (10/6/2025), didorong sentimen domestik dan tekanan terhadap dolar AS.
Pegawai melayani nasabah melakukan penukaran mata uang dolar Amerika Serikat (AS) di Jakarta, Rabu (4/6/2025). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai melayani nasabah melakukan penukaran mata uang dolar Amerika Serikat (AS) di Jakarta, Rabu (4/6/2025). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah diperkirakan akan melanjutkan tren penguatannya pada perdagangan pekan depan, Selasa (10/6/2025), dengan proyeksi bergerak di kisaran Rp16.230–Rp16.290 per dolar AS. Prediksi ini muncul seiring kombinasi sentimen positif dari dalam negeri dan tekanan yang kian membebani dolar AS.

Pengamat mata uang Ibrahim Assuaibi menilai tekanan terhadap greenback akan berlanjut setelah rilis data penggajian sektor swasta AS (ADP) yang jauh lebih lemah dari ekspektasi. Data tersebut memicu ekspektasi pemangkasan suku bunga lebih cepat oleh Federal Reserve (The Fed), terutama jika data penggajian nonpertanian (nonfarm payrolls) yang dirilis Jumat ini juga menunjukkan perlambatan.

"Sentimen ini membuka ruang bagi rupiah untuk bergerak menguat dalam waktu dekat," kata Ibrahim, dalam risetnya, belum lama ini. Ia memperkirakan penguatan rupiah masih akan berlanjut hingga awal pekan depan.

Pada penutupan perdagangan Kamis (5/6/2025), rupiah tercatat menguat tipis 0,06% ke posisi Rp16.284 per dolar AS, berdasarkan data Bloomberg pukul 15.00 WIB. Di saat yang sama, indeks dolar AS justru menguat 0,09% ke level 98,8.

Tekanan terhadap dolar AS juga dipicu oleh ketidakpastian atas kebijakan perdagangan Amerika Serikat, menyusul langkah Presiden AS Donald Trump yang menggandakan tarif baja dan aluminium menjadi 50%. Batas waktu negosiasi dagang yang ditetapkan Trump juga berakhir tanpa hasil berarti.

Sementara dari dalam negeri, sentimen positif datang dari langkah pemerintah yang resmi menggulirkan stimulus fiskal senilai Rp24,44 triliun. Presiden Prabowo Subianto mengumumkan paket insentif ini untuk menjaga daya beli masyarakat dan mendongkrak pertumbuhan ekonomi pada Juni–Juli.

Paket tersebut mencakup diskon transportasi dan tol, tambahan bantuan sosial, Bantuan Subsidi Upah (BSU), serta diskon iuran Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK).

Di sisi regional, mata uang Asia bergerak bervariasi. Yen Jepang melemah 0,41%, yuan China turun 0,07%, sementara dolar Taiwan, won Korea, dan peso Filipina masing-masing menguat 0,16%, 0,32%, dan 0,30%.

Dengan dukungan fiskal dalam negeri dan potensi dovish-nya The Fed, prospek rupiah pada pekan depan dinilai cukup positif, meskipun pelaku pasar tetap mewaspadai volatilitas menjelang rilis data tenaga kerja AS dan dinamika politik global.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper