Bisnis.com, JAKARTA — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai pasar modal Indonesia masih menunjukkan ketahanan meski dihadapkan pada tekanan eksternal, termasuk suku bunga acuan The Fed yang masih bertahan tinggi serta perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi, menyampaikan bahwa likuiditas pasar masih relatif terjaga, dengan partisipasi aktif investor domestik, khususnya ritel, yang terus meningkat.
"Namun demikian, kami mencermati adanya peningkatan volatilitas pasar serta tekanan berkelanjutan terhadap arus modal, yang sebagian besar disebabkan oleh global uncertainty," ujar Inarno, dalam keterangan resmi, Senin (2/6/2025).
Inarno menambahkan, ketegangan dagang dan kebijakan tarif antara negara ekonomi besar, khususnya AS dan Tiongkok, telah mendorong munculnya sentimen risk-off secara global. "Hal ini menyebabkan terjadinya arus keluar modal dari negara berkembang, termasuk Indonesia," jelasnya.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang melambat ke level 4,87% pada kuartal I/2025 dan sikap The Fed yang masih menahan suku bunga juga menjadi perhatian pasar. Namun, OJK tetap optimistis terhadap stabilitas pasar modal Indonesia ke depan.
"Kami terus memperkuat koordinasi dengan anggota KSSK, SRO, dan pelaku pasar untuk menjaga kepercayaan investor serta memastikan sistem keuangan tetap stabil," ungkap Inarno.
Baca Juga
Soal kebijakan moneter BI yang akan diumumkan pada akhir Mei, Inarno menyebut langkah tersebut sebagai bagian dari sinergi kebijakan untuk menjaga stabilitas pasar keuangan nasional. "Kami yakin bahwa kebijakan yang diambil Bank Indonesia akan selaras dengan upaya menjaga kepercayaan investor dan mendorong pertumbuhan pasar modal secara berkelanjutan," pungkasnya.
Inarno menambahkan, jumlah investor saham di Indonesia telah menembus 7 juta SID per 26 Mei 2025, tumbuh sekitar 620 ribu SID sejak awal tahun. Pertumbuhan ini mencerminkan optimisme masyarakat terhadap prospek pasar modal di tengah dinamika global yang terus berkembang.
Berdasarkan data BEI, total single investor identification (SID) investor saham mencapai 7.001.268, meningkat 619.824 SID dari posisi 6.381.444 SID pada akhir 2024. Peningkatan ini terjadi seiring fluktuasi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sempat menyentuh level terendah 5.967,988 pada April 2025, sebelum kembali menguat ke 7.175,819 per 28 Mei 2025.
Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik menyampaikan bahwa tren positif ini mencerminkan kepercayaan masyarakat yang tetap kuat terhadap prospek ekonomi nasional.
“Pertumbuhan ini mencerminkan optimisme positif terhadap prospek perekonomian Indonesia sehingga minat masyarakat terhadap investasi di pasar modal dalam negeri masih tetap tinggi, bahkan di tengah dinamika ekonomi global,” ujarnya dalam keterangan resmi, Senin (2/6/2025).
Ia menambahkan bahwa pencapaian ini tidak terlepas dari dukungan penuh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Self-Regulatory Organization (SRO), dan sinergi dengan berbagai pemangku kepentingan, terutama dalam memperkuat program edukasi dan literasi pasar modal secara luas.