Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bio Farma Berbalik Laba Kuartal I/2025, Apa Resepnya?

Komisi VI DPR RI menuding PT Bio Farma (Persero) melakukan rekayasa laporan keuangan setelah kinerja kuartal I/2025 berbalik laba sebesar Rp380 miliar.
Presiden Jokowi meninjau langsung penyuntikan perdana Vaksin IndoVac, di PT Bio Farma (Persero), Bandung, Kamis (13/10/2022)./Setkab
Presiden Jokowi meninjau langsung penyuntikan perdana Vaksin IndoVac, di PT Bio Farma (Persero), Bandung, Kamis (13/10/2022)./Setkab

Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan holding BUMN farmasi PT Bio Farma (Persero) mampu membalikkan rugi menjadi laba pada kuartal I/2025. Namun, DPR mempertanyakan upaya perseroan hingga mempertanyakan adanya potensi rekayasa laporan keuangan.

Direktur Utama Bio Farma Shadiq Akasya mengatakan kinerja perseroan mulai menunjukkan pemulihan pada awal tahun ini. Sampai dengan kuartal I/2025, Bio Farma secara grup telah membukukan laba bersih sebesar Rp380 miliar.

Sementara itu, dari sisi top line, Bio Farma mencatat penjualan bersih Bio Farma sebesar Rp3,66 triliun. Shadiq menyampaikan kondisi keuangan perseroan sudah membaik dengan posisi EBITDA sudah tercatat positif sebesar Rp730 miliar pada awal 2025.

Komisi VI DPR RI menuding holding BUMN farmasi tersebut melakukan rekayasa laporan keuangan setelah kinerja kuartal I/2025 memperlihatkan capaian laba bersih sebesar Rp380 miliar. 

Nasril Bahar, Anggota Komisi VI DPR dari Partai Amanat Nasional (PAN), menilai bahwa laporan kinerja awal tahun tersebut cukup janggal lantaran laporan keuangan 2023 dan 2024 masih memperlihatkan kerugian yang cukup besar.  

“Namun, tiba-tiba di kuartal pertama, muncul angka positif Rp380 miliar. Bagaimana ini bisa terjadi? Kami ingin tahu bagaimana rekayasa atau engineering laporan ini bisa terjadi,” ujarnya dalam rapat bersama Bio Farma, Kamis (8/5/2025). 

Dia pun menegaskan pentingnya evaluasi menyeluruh terhadap struktur holding dan transparansi laporan keuangan. Langkah ini dinilai agar transformasi di tubuh BUMN farmasi dapat berdampak terhadap kesehatan nasional dan kemandirian industri.

Pada kesempatan yang sama, Anggota Komisi VI DPR Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Amin Ak turut menyoroti sejumlah tantangan struktural yang masih membayangi kinerja Bio Farma, meski perbaikan kinerja mulai terlihat. 

Menurut Amin, roadmap bisnis jangka panjang yang disiapkan Bio Farma perlu dibarengi dengan perbaikan tata kelola dan pengendalian risiko. 

“Walaupun roadmap ini bagus sekali, ini nanti akan menjadi sia-sia kalau tidak ada GCG [good corporate governance]. Kalau ada kasus fraud, selesai urusan karena masalahnya ada di situ selama ini,” pungkasnya. 

Dia menilai bahwa ada sejumlah faktor yang membuat kinerja Bio Farma Group belum optimal, terutama di anak usaha PT Indofarma Tbk. (INAF). Salah satunya terkait lemahnya manajemen risiko aset, sehingga kerap mengalami kerugian.  

“Banyak rugi karena cadangan kerugian stok ataupun piutang macet. Perhatikan soal perencanaan produk, jangan sampai rugi karena produknya kedaluwarsa, atau karena produknya tidak laku, ataupun produknya tidak berguna,” tuturnya. 

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper