Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Target Harga Saham Astra (ASII) usai Tebar Dividen Rp308 per Lembar

Analis merekomendasikan accumulative buy untuk saham stra (ASII) dengan target harga di level Rp5.575 per lembar untuk jangka panjang.
Aerial foto gedung Menara Astra yang ada di Jalan Sudirman, Jakarta Pusat. Bisnis/Nurul Hidayat
Aerial foto gedung Menara Astra yang ada di Jalan Sudirman, Jakarta Pusat. Bisnis/Nurul Hidayat

Arah Bisnis Astra International (ASII)

Di tengah momentum tebaran dividen, ASII pun ancang-ancang strategi bisnis pada tahun ini. ASII menyiapkan dana belanja modal (capital expenditure/capex) untuk investasi sebesar Rp28 triliun pada tahun ini. Sampai kuartal I/2025, ASII telah mengucurkan belanja modal sebesar Rp4,5 triliun.

Presiden Direktur Astra International Djony Bunarto Tjondro mengatakan capex akan dikucurkan ASII untuk investasi di berbagai segmen usaha inti Astra mulai dari otomotif, keuangan, alat berat, pertambangan, agribisnis, infrastruktur, hingga properti.

Astra pula berinvestasi ke sektor yang memiliki peluang bisnis besar serta terkait dengan bisnis inti. Tujuannya, memperluas cakupan bisnis inti, sehingga pada akhirnya memperkuat bisnis inti itu sendiri untuk menegaskan posisinya di pasar.

Kemudian, Astra berinvestasi di sektor-sektor baru yang memiliki potensi pertumbuhan baik dalam jangka panjang, misalnya sektor kesehatan.

"Dengan penetrasi yang kami kejar di sektor kesehatan, saya kira Astra bisa masuk ke sana," tutur Djony dalam konferensi pers RUPST pada Kamis (8/5/2025).

Astra memang tengah bergeliat berinvestasi di sektor kesehatan. Langkah terbaru investasi Astra di sektor kesehatan dilakukan dengan meningkatkan porsi kepemilikan di perusahaan platform teknologi kesehatan yakni Halodoc.

Pada Februari 2025, ASII meningkatkan kepemilikannya di Halodoc menjadi 31,34% dengan nilai transaksi sekitar US$57 juta atau setara dengan Rp900 miliar. Alhasil, total investasi Astra di sektor kesehatan hingga kini mencapai Rp5,2 triliun.

Investasi Astra di sektor kesehatan dimulai sejak pandemi Covid-19 merebak pada 2021. Saat itu ASII berinvestasi sekitar US$35 juta di Halodoc.

Selain itu, Astra juga berinvestasi di emiten rumah sakit PT Medikaloka Hermina Tbk. (HEAL) pada 2022. Pada tahun lalu, melalui PT Astra Sehat Nusantara, Astra mengakuisisi rumah sakit jantung Heartology Cardiovascular Hospital dengan nilai akuisisi mencapai Rp645 miliar.

Di salah satu lini bisnis intinya, yakni otomotif, ASII pun ancang-ancang strategi pengembangan mobil listrik.

Djony menjelaskan bahwa Astra sebenarnya telah menaruh perhatian pada fenomena menjamurnya produk mobil listrik. Tahun ini, Astra pun akan meluncurkan sejumlah produk mobil listrik.

"Mudah-mudahan meluncurkan EV lagi, masuknya ke hybrid mass market, lebih terjangkau masyarakat Indonesia," ujar kata Djony.

Direktur ASII Henry Tanoto juga mengatakan pengembangan mobil hybrid lebih tepat sasaran untuk pasar Astra.

"Kemudian, strategi kami, Astra konsisten bisa memberikan produk dan layanan sesuai kebutuhan mobilitas masyarakat beragam," jelasnya.

Dalam konteks produk, Astra berencana meluncurkan mobil listrik berbasis baterai (battery electric vehicle/BEV) baru pada tahun ini. Untuk hybrid, sampai saat ini, Astra telah meluncurkan 15 model. Market share untuk mobil hybrid Astra pun menurutnya mencapai 60%.

"Oleh karena itu kami percaya diri penyebaran teknologi hybrid bisa diterima sebagai solusi dari kebanyakan masyarakat Indonesia. Jadi, kami pun akan meluncurkan produk mass merket hybrid tidak lama lagi," ujar Henry.

Adapun, langkah Astra mengembangkan produk mobil listriknya itu dilakukan di tengah gempuran produk mobil listrik, terutama dari China.

Pasar mobil listrik BEV di Indonesia saat ini memang dikuasai oleh merek-merek asal China, seperti BYD, Wuling, hingga Chery.

Terbaru, produsen otomotif asal China, XPeng optimistis bakal masuk RI dengan menggandeng Erajaya Group (ERAA) sebagai agen pemegang merek (APM).

Di sisi lain, Astra telah mencatatkan kinerja lesu penjualan otomotifnya pada awal tahun ini. Tercatat, penjualan mobil Astra turun 7,34% secara yoy pada kuartal I/2025 menjadi 110.812 unit, dibandingkan 119.602 unit pada periode yang sama 2024.

Penjualan mobil low cost green car (LCGC) Astra pun jeblok 22,27% yoy menjadi 28.294 unit per kuartal I/2025, dibandingkan 36.405 unit per kuartal I/2024. Meskipun, Astra masih bisa mencatatkan pangsa pasar stabil di angka 54%.

Analis Ina Sekuritas Arief Machrus mengatakan pelemahan kinerja bisnis ASII pada kuartal I/2025 juga tidak lepas dari lesunya penjualan otomotif. Ditambah, persaingan pasar meningkat untuk bisnis otomotif, terutama dengan kehadiran pemain baru dari China.

"Namun, kami percaya ASII tetap memiliki posisi yang baik untuk mempertahankan kehadiran yang kuat di seluruh segmen bisnis intinya," ujar Arief dalam risetnya.

Menurutnya, model bisnis perusahaan yang terdiversifikasi mampu memberikan stabilitas. Lini bisnis ASII seperti jasa keuangan, alat berat, pertambangan, dan agribisnis menawarkan ketahanan pendapatan dalam menghadapi tantangan.

"Ke depannya, divisi jasa keuangan ASII juga bisa menjadi pendorong pertumbuhan utama," kata Arief.

_________

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Halaman
  1. 1
  2. 2
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ibad Durrohman
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper