Bisnis.com, JAKARTA — PT Astra International Tbk. (ASII) memutuskan untuk menebar dividen final kepada pemegang saham sebesar Rp308 per lembar. Lantas, bagaimana prospek saham emiten konglomerasi tersebut?
Berdasarkan keputusan rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) ASII hari ini, Kamis (8/5/2025), perseroan memutuskan untuk membagikan dividen tunai total sebesar Rp16,43 triliun atau setara Rp406 per saham dari laba bersih tahun buku 2024.
Jumlah tersebut mencakup dividen interim sebesar Rp98 per saham yang telah dibayarkan pada 31 Oktober 2024. Alhasil, dividen final tahun buku 2024 yang akan dibayarkan adalah senilai Rp308 per saham.
Adapun, rasio tebaran dividen Astra itu mencapai 48%. Rasio pembayaran dividen ini dinilai mencerminkan kembalinya persentase rasio pembayaran dividen ke tingkat yang konsisten dengan rasio sebelum distribusi dividen yang lebih tinggi pada 2022 dan 2023.
Namun, total tebaran dividen per saham Astra tahun buku 2024 sendiri lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya atau tahun buku 2023, Rp519 per saham.
Di sisi lain, seiring dengan momentum tebaran dividen, saham ASII masih lesu. Harga saham ASII melemah 1,04% ditutup di level Rp4.780 per lembar pada perdagangan hari ini, Kamis (8/5/2025).
Baca Juga
Saham ASII juga turun 1,43% sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) atau sejak perdagangan perdana 2025.
Dengan harga saham sebesar Rp4.780 per lembar saat ini, maka potensi dividend yield yang akan diterima pemegang saham ASII mencapai 6,44%.
Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan tebaran dividen ASII memang telah dinanti oleh investor. Namun, saat ini saham ASII mengalami profit taking yang wajar, karena indeks harga saham gabungan (IHSG) kembali ke zona negatif.
Di sisi lain, saham ASII juga tertekan oleh kinerja kurang memuaskan pada kuartal I/2025.
Berdasarkan laporan keuangan, ASII mencatatkan laba bersih sebesar Rp6,93 triliun per kuartal I/2025, menyusut 7,12% secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp7,46 triliun pada kuartal I/2024.
Meski begitu, ASII mencatatkan pertumbuhan pendapatan bersih 2,64% yoy menjadi sebesar Rp83,36 triliun per kuartal I/2025, dari Rp81,2 triliun pada kuartal I/2024.
"Headwind terjadi di saham ASII, sentimennya berupa penurunan kinerja penjualan kendaraan khususnya. Wajar, karena suku bunga relatif tinggi," ujar Nafan kepada Bisnis pada Kamis (8/5/2025).
Alhasil, menurutnya ke depan saham ASII berharap akan penurunan suku bunga acuan yang dinilai bisa mendorong permintaan kredit kendaraan.
"Adanya optimisme Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan yang mendorong penjualan kendaraan. Dengan begitu terjadi recovery progresif yang memengaruhi kinerja fundamental ASII," ujar Nafan.
Dia masih merekomendasikan accumulative buy untuk saham ASII dengan target harga di level Rp5.575 per lembar untuk jangka panjang.
Analis Maybank Sekuritas Paulina Margareta juga menilai prospek saham ASII dalam jangka pendek akan didorong valuasi dan momentum tebaran dividen yang menarik. Ke depannya, saham ASII masih prospektif terdorong oleh portofolio yang terdiversifikasi, terutama di tengah depresiasi rupiah.
"Namun, data otomotif secara keseluruhan lesu dan ada kekhawatiran pangsa pasar ASII dapat membebani harga saham dalam waktu dekat, meskipun valuasi dan imbal hasil yang terpukul seharusnya memberikan penyangga," tulis Paulina dalam riset.