Bisnis.com, JAKARTA – Mata uang rupiah ditutup melemah pada perdagangan Senin (28/4/2025) di tengah penguatan indeks dolar AS. Rupiah ditutup melemah bersama beberapa mata uang Asia lainnya hari ini.
Mengutip data Bloomberg, nilai tukar rupiah ditutup melemah 26 poin atau 0,15% ke Rp16.855 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS terpantau menguat 0,26% ke 99,7.
Sejumlah mata uang di Asia seperti yen Jepang stagnan, dolar Hong Kong stagnan, dolar Singapura melemah 0,03%, dolar Taiwan menguat 0,17%, dan won Korea Selatan melemah 0,21%.
Kemudian peso Filipina melemah 0,31%, rupee India naik 0,37%, yuan China turun 0,17%, ringgit Malaysia menguat 0,18%, dan baht Thailand melemah 0,33%.
Pengamat Mata Uang Ibrahim Assuaibi mengatakan sentimen datang dari pasar yang telah diguncang oleh sinyal yang saling bertentangan dari Presiden AS Donald Trump dan Beijing, untuk meredakan perang dagangl.
Dalam komentar terbaru dari Washington, Menteri Keuangan AS Scott Bessent tidak mendukung pernyataan Trump bahwa negosiasi dengan China sedang berlangsung. Sebelumnya, Beijing membantah adanya pembicaraan yang sedang berlangsung.
Banyak peserta dalam Pertemuan Musim Semi IMF dan Bank Dunia mengatakan pemerintahan Trump masih berkonflik dalam tuntutannya dari mitra dagang yang terkena tarif. Investor juga mengamati perundingan nuklir antara Iran dan Amerika Serikat di Oman yang berlanjut minggu ini.
Sementara itu, dari dalam negeri pelaku pasar pesimistis untuk mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 8% pada 2029 yang ditargetkan Presiden Prabowo Subianto. Target ini menjadi makin sulit tercapai, apabila ekonomi Indonesia tumbuh di bawah 5% tahun ini, sesuai dengan proyeksi lembaga internasional.
Sebab, Indonesia harus mampu menaikkan laju pertumbuhan secara konsisten setiap tahun, dengan rata-rata pertumbuhan tahunan mencapai sekitar 6,76% selama periode 2026 hingga 2029 untuk mencapai target tersebut.
Selain itu, Indonesia harus menjaga stabilitas ekonomi makro dengan memperkuat disiplin fiskal, mengelola utang secara hati-hati, dan memperluas basis pajak agar mampu membiayai program-program prioritas secara berkelanjutan.
Sebelumnya, Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) dan Bank Dunia atau World Bank (WB) kompak memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,7% pada 2025 dalam laporan terbaru. Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan proyeksi 5,1% yang disampaikan pada laporan sebelumnya.
Adapun untuk perdagangan besok, Ibrahim memperkirakan rupiah ditutup melemah pada rentang Rp16.840-Rp16.900 per saham.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.