Bisnis.com, JAKARTA – Samuel Sekuritas Indonesia merevisi target Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada 2025. Langkah ini seiring meningkatnya tekanan terhadap pertumbuhan laba per saham indeks komposit di tengah gejolak global.
Samuel Sekuritas memangkas target IHSG untuk tahun ini menjadi 6.900, atau turun jika dibandingkan dengan proyeksi sebelumnya yang berada di level 7.300.
Head of Research Samuel Sekuritas Indonesia Prasetya Gunadi mengatakan penurunan itu mencerminkan ekspektasi yang lebih rendah terhadap pertumbuhan laba per saham (EPS) IHSG tahun ini, yang diperkirakan hanya naik 1,6%.
“Penyesuaian ini mencerminkan pemangkasan proyeksi pertumbuhan EPS IHSG 2025 menjadi 1,6% dari sebelumnya 4,7%, sejalan dengan asumsi kurs baru yang direvisi menjadi Rp16.900 per dolar AS,” ujarnya dalam riset, Rabu (16/4/2025).
Menurutnya, kebijakan tarif yang digaungkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump akan memperlambat laju ekonomi global, termasuk Indonesia.
Meskipun kontribusi ekspor Indonesia ke AS relatif kecil atau sekitar 1,9% dari Produk Domestik Bruto (PDB), Prasetya menyatakan bahwa dampak tidak langsung melalui perlambatan ekonomi China tetap signifikan.
Baca Juga
Di tengah tekanan ini, dia menyarankan investor untuk lebih selektif dengan mengutamakan saham defensif atau emiten yang menawarkan dividen tinggi.
Saham-saham di sektor konsumsi, telekomunikasi, dan unggas dinilai memiliki ketahanan yang relatif lebih baik, terutama dengan dukungan stimulus pemerintah seperti program makan gratis dan kenaikan upah minimum.
Adapun beberapa saham unggulan yang direkomendasikan Samuel Sekuritas, antara lain BBCA, TLKM, ICBP, AMRT, dan JPFA untuk strategi defensif, serta ASII, HMSP, UNVR, PTBA, dan TAPG sebagai pilihan saham dividen.
“Sebaliknya, kami tetap hati-hati terhadap sektor tambang logam, yang berpotensi menghadapi tekanan dari penurunan volume dan harga seiring melambatnya ekonomi China. Meskipun beberapa komoditas seperti tembaga dan nikel tidak masuk dalam daftar kenaikan tarif,” ungkap Prasetya.
Dia turut memperingatkan sejumlah emiten yang berisiko mencatatkan pelemahan laba pada kuartal I/2025, termasuk BBRI, JSMR, MEDC, INCO, dan AKRA. Hal ini akibat kombinasi dari tekanan biaya dan lemahnya permintaan.
_________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.