Bisnis.com, JAKARTA — Harga emas Antam di Indonesia pada tahun ini diprediksi bisa tembus ke level Rp2,3 juta per gram ketika tidak ada pertanda ekonomi dunia akan membaik.
Hari ini, Selasa (15/4/2025) harga emas Antam berada di level Rp1,89 juta per gram, melonjak 44% year on year (YoY) dibanding periode yang sama di tahun lalu.
Analis investasi sekaligus Presiden Direktur PT Doo Financial Futures Ariston Tjendra menjelaskan salah satu sentimen perekonomian global saat ini adalah adanya kebijakan tarif resiprokal yang diterapkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Dia memperkirakan sampai akhir tahun ini persoalan ekonomi dunia akan sangat dinamis yang akan berdampak pada harga emas, termasuk harga emas Antam di Indonesia.
"Emas bisa turun cepat, bisa naik cepat. Rp2,3 juta per gram masih mungkin terjadi tahun ini kalau perkembangan isu mengkhawatirkan perekonomian global. Tapi kalau isu tarif ini membaik, harga emas bisa koreksi lagi. Mungkin ke Rp1,8 atau Rp1,7 juta per gram," kata Ariston kepada Bisnis, Selasa (15/4/2025).
Ariston mengatakan bahwa saat ini negara-negara dunia masih menunggu aksi kebijakan tarif Trump yang saat ini dalam masa tunda selama 90 hari.
Baca Juga
"Apakah kebijakan ini memberikan gertakan ke negara lain, sehingga AS bisa mendapatkan keinginannya dan negara lain tidak jadi dinaikkan tarifnya? Kalau ini terjadi, kekhawatiran pasar akan jauh berkurang dan ini bisa menyurutkan harga emas lagi. Tapi proses nego ini butuh waktu 2-6 bulan ke depan," terangnya.
Ariston melanjutkan, meskipun laju kenaikan harga emas tertahan menurutnya harga emas cepat atau lambat arahnya tetap akan naik ke depannya. Berkaca dari kondisi ekonomi, dia menyoroti beberapa tahun belakangan ini isu negatif ke perekonomian tidak pernah hilang seolah datang silih berganti.
Beberapa yang dia sebutkan antara lain adalah seperti aneksasi dan perang, pandemi Covid-19, kebijakan pengetatan moneter AS, kebijakan tarif AS dan sebagainya.
"Ditambah negara-negara di luar AS ingin mendiversifikasi cadangan devisa ke emas untuk mengurangi atau menghilangkan dominasi dollar sehingga banyak bank sentral membeli emas dalam jumlah besar," ujarnya.
Setali tiga uang, Analis Doo Financial Futures Lukman Leong juga meramal harga emas akan melanjutkan lonjakan. Apalagi, dia mencatat saat ini sentimen sangat buruk oleh kekhawatiran dunia akan kebijakan Trump yang membuat banyak investor mengalihkan aset ke emas, terutama dari obligasi AS.
"Gejolak memicu permintaan safe haven, salah satunya emas. Safe haven lainnya seperti mata uang Swiss Franc dan Yen Jepang. Obligasi pemerintah AS dan dollar AS sebenarnya juga safe haven, namun kali ini justru dilepas karena sumber dari gejolak berasal dari AS," ujar Lukman.