Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah dibuka menguat ke posisi Rp16.778 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Senin (14/4/2025).
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka pada perdagangan dengan naik 0,10% atau 17,5 poin ke posisi Rp16.778 per dolar AS. Pada saat yang sama, indeks dolar terlihat melemah 0,65% ke posisi 99,245.
Sejumlah mata uang kawasan Asia lainnya bergerak variatif terhadap dolar AS. Yen Jepang menguat 0,63%, dolar Singapura menguat 0,21%, baht Thailand menguat 0,20%, rupee India menguat 0,75%, dan dolar Taiwan menguat sebesar 0,09%.
Lalu mata uang lainnya, won Korea melemah 0,70%, dolar Hong Kong melemah 0,03%, peso Filipina melemah 0,08%, yuan China melemah 0,13%, dan ringgit Malaysia melemah 0,19%.
Pengamat Forex Ibrahim Assuaibi telah memprediksi bahwa mata uang rupiah pada hari ini, Senin (14/4/2025) akan bergerak fluktuatif namun ditutup menguat direntang Rp16.740 - Rp16.800.
Ibrahim mengatakan bahwa pemerintah sedang menyoroti penundaan tarif resiprokal yang diperintahkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Hal ini menjadi momentum tepat bagi Indonesia dan negara lain untuk melanjutkan negosiasi atas kenaikan tarif impor tersebut.
Kebijakan itu juga menurutnya menjadi tantangan nyata yang harus dihadapi Indonesia. Pasalnya, kebijakan baru ini akan mengancam stabilitas dagang Indonesia dan Asean yang telah lama menjunjung tinggi prinsip perdagangan bebas dan terbuka.
Dia menjelaskan bahwa Asean merupakan pasar ekspor terbesar kelima bagi produk pertanian AS, dengan total nilai perdagangan barang mencapai US$306 miliar pada 2024. Indonesia sendiri menyumbang sebesar US$14,34 miliar terhadap defisit perdagangan AS.
Meski begitu, dia menyatakan bahwa Indonesia memiliki mitra dagang yang strategis dengan beberapa negara.
Terdapat enam perjanjian perdagangan yang sedang diupayakan untuk selesai di antaranya, Indonesia-Canada CEPA, Indonesia-Peru CEPA, Indonesia-EU CEPA, Iran PTA, dan protokol amandemen Indonesia-Jepang (IJEPA) dan Trade & Investment Framework Agreement (TIFA) antara Indonesia dengan AS.
"Diharapkan, mitra ini akan bisa meningkatkan pasar ekspor Indonesia melalui penyelesaian beberapa perjanjian perdagangan bebas (FTA)," katanya.
Menurutnya, langkah tersebut merupakan bagian dari strategi jangka panjang Indonesia untuk memperluas akses pasar, meningkatkan ketahanan dagang, dan membuka lapangan kerja baru.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.