Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dana Asing Keluar dari Pasar Saham RI Rp5,93 Triliun Imbas Tarif Trump, Terbesar BMRI

Sebanyak Rp5,93 triliun dana asing telah keluar dari pasar saham Indonesia pada pekan lalu imbas kebijakan tarif AS.
Investor mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Jakarta, Selasa (18/3/2025). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Investor mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Jakarta, Selasa (18/3/2025). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Sebanyak Rp5,93 triliun dana asing telah keluar dari pasar saham Indonesia pada pekan lalu imbas kebijakan tarif AS. Adapun, saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) menjadi yang terbesar dijual asing.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pasar saham Indonesia mencatatkan nilai jual bersih atau net sell asing sebesar Rp5,93 triliun pada pekan lalu atau periode perdagangan 8 - 11 April 2025 selepas libur Lebaran. 

Alhasil, pasar saham Indonesia mencatatkan net sell asing sebesar Rp35,86 triliun sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) atau sejak perdagangan perdana 2025.

Tercatat, sejumlah saham banyak dijual asing pada perdagangan pekan lalu, terutama saham bank jumbo atau kelompok bank dengan modal inti (KBMI) IV. Saham BMRI misalnya mencatatkan net sell asing sebesar Rp2,46 triliun pada pekan lalu. 

Kemudian, saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) mencatatkan net sell asing sebesar Rp1,92 triliun pada pekan lalu. Lalu, saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) mencatatkan net sell asing sebesar Rp713 miliar dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) mencatatkan net sell asing Rp166 miliar.

Selain bank jumbo, sejumlah saham pun banyak dijual asing pada perdagangan pekan lalu. Saham PT United Tractors Tbk. (UNTR) misalnya mencatatkan net sell asing sebesar Rp210 miliar dan PT Alamtri Resources Indonesia Tbk. (ADRO) mencatatkan net sell asing sebesar Rp126 miliar.

Seiring dengan larinya dana asing, pasar saham Indonesia berkinerja jeblok pada perdagangan pekan lalu. Pada pembukaan perdagangan kembali setelah libur Lebaran, atau Selasa (8/4/2025), indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup jeblok 7,9% menuju posisi 5.996,1.

IHSG bahkan sempat anjlok 9,19% ke level 5.912,06 setelah pembukaan kembali pasca libur Lebaran. BEI pun mengumumkan pembekuan sementara perdagangan saham atau trading halt.

Keesokan harinya, Rabu (9/4/2025), IHSG pun masih ditutup lesu, turun 0,47%. Meskipun, pada Kamis (10/4/2025), IHSG ditutup menguat 4,79% dan pada Jumat (11/4/2025), IHSG ditutup menguat 0,13% ke level 6.262,22.

Namun, IHSG masih di zona merah, melorot 11,55% sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) atau sejak perdagangan perdana 2025.

Aliran deras dana asing keluar dari pasar saham Indonesia terjadi pada pekan lalu seiring dengan sentimen kebijakan tarif impor AS. Sebagaimana diketahui, tarif impor AS telah resmi diumumkan oleh Presiden Donald Trump pada Rabu (2/4/2025), waktu setempat. 

Seluruh negara diganjar tarif impor 10%, sedangkan beberapa negara turut dikenakan tarif resiprokal (reciprocal tariffs) lebih tinggi berdasarkan hambatan perdagangan dengan AS.

Meskipun, kini Trump telah menunda pemberlakukan skema reciprocal tariffs selama 90 hari sebagai tanggapan atas pendekatan dari puluhan negara. Trump juga menaikkan pungutan impor China menjadi 125%.

Equity Research Analyst Panin Sekuritas Felix Darmawan memproyeksikan aliran dana asing masih akan keluar deras dari pasar saham Indonesia ke depan atau pada kuartal II/2025. Faktor pendorongnya adalah sentimen negatif kebijakan tarif impor AS yang telah diresmikan Donald Trump.

"Investor khususnya foreign pun mungkin masih akan keluar dari market domestik kita pada April ini khususnya, untuk memburu aset safe haven seperti emas, US Treasury, dan mata uang negara lain seperti yen Jepang dan franc Swiss," ujar Felix kepada Bisnis pada beberapa waktu lalu.

Sementara itu, Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menilai di tengah tekanan sentimen tarif Trump terhadap pasar saham, masih ada harapan masuknya dana asing.

"Sentimen Trump akan mereda, kalau pertumbuhan ekonomi global tercapai. Jadi tetap saja sentimennya temporer, market bereaksi positif jika sudah mendapatkan kesepakatan dalam hal tarif," ujar Nafan kepada Bisnis.

Kemudian, menurutnya saham-saham yang sebelumnya banyak dijual asing seperti bank jumbo akan menjadi penggerak IHSG dan penopang masuknya dana asing. 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ana Noviani
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper