Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia mengambil langkah intervensi untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Adapun, rupiah di pasar NDF sempat tembus Rp17.000 per dolar AS akibat implementasi tarif impor dari AS ke sejumlah negara.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup pada level Rp16.562 per dolar AS pada 27 Maret 2025 atau sebelum libur panjang Lebaran 2025. Di sepanjang kuartal I/2025, rupiah mengalami depresiasi dalam sebesar 2,25% dengan sempat menyentuh level tertinggi pada 25 Maret 2025 Rp16.612 per dolar AS.
Usai Presiden AS Donald Trump mengumumkan pengenaan tarif impor ke sejumlah negara, termasuk Indonesia, kontrak rupiah Non-Deliverable Forward (NDF) yang diperdagangkan di pasar luar negeri terpukul menyentuh level Rp17.006 per dolar AS pada Jumat (4/4/2025) pukul 20.53 WIB.
Pagi ini, nilai tukar rupiah di pasar NDF atau off shore masih merosot 288 poin atau 1,73% ke level Rp16.940,5 per dolar AS. Adapun, pasar dalam negeri (on shore) masih tutup karena libur Lebaran 2025 sejak 28 Maret 2025 hingga 7 April 2025.
Baca Juga : Trump Tariffs Cast Shadow Over Rupiah Stability |
---|
Bank Indonesia pun mengeluarkan pernyataan bahwa Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada hari ini memutuskan bank sentral melakukan intervensi rupiah di pasar NDF dalam rangka menstabilkan nilai tukar dari tekanan global.
Langkah itu diambil bank sentral untuk menjaga nilai tukar rupiah tidak terjatuh makin dalam ketika perdagangan kembali dibuka besok, Selasa (8/4/2025).
"Intervensi di pasar off-shore (Non-Deliverable Forward/NDF) dilakukan Bank Indonesia secara berkesinambungan di pasar Asia, Eropa, dan New York," tulis Kepala Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso, Senin (7/4/2025).
Adapun, BI juga akan melanjutkan intervensi secara agresif di pasar domestik mulai pembukaan perdagangan besok, Selasa (8/4/2025) dengan intervensi di pasar valas spot dan DNDF serta pembelian SBN di pasar sekunder.
Tak berhenti sampai di situ, BI juga disebut akan melakukan optimalisasi instrumen likuiditas rupiah untuk memastikan kecukupan likuiditas di pasar uang dan perbankan dalam negeri. Ramdan mengatakan sejumlah langkah ini diambil BI untuk menstabilkan nilai tukar rupiah dan menjaga kepercayaan pelaku pasar.
Tak hanya Indonesia, depresiasi nilai tukar juga terjadi di sejumlah negara lain. Data Bloomberg pada Senin (7/4/2025) pukul 14.50 WIB menunjukkan baht Thailand melemah 0,71%, dolar Taiwan turun 0,30%, dan yuan China turun 0.37%. Sementara itu, yen Jepang menguat 0,90%.
Depresiasi mata uang negara berkembang ini terjadi seiring dengan pemberlakuan tarif impor oleh AS kepada sejumlah negara mitra dagangnya. Sejauh ini, pemerintah RI belum akan mengambil langkah balasan untuk tarif yang diterapkan Presiden AS Donald Trump sebesar 32% untuk Indonesia tersebut.