Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah emiten konglomerat seperti BREN, ULTJ, hingga SIDO mengumumkan akan melakukan pembelian kembali saham atau buyback tanpa RUPS. Lalu, apakah hal ini dapat membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat?
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan efektif atau tidaknya buyback tanpa RUPS tersebut, hal ini bisa menjaga penurunan suatu saham agar tidak mengalami penurunan harga terlalu jauh.
"Apalagi saat ini kalau kita perhatikan, kemarin beberapa bank-bank besar saja seperti BUMN, sudah menyiapkan dana terkait dengan buyback dengan jumlah yang cukup fantastis," kata Nico.
Oleh sebab itu, lanjut Nico, pihaknya melihat hal ini dapat menjadi salah satu point yang positif. Pasalnya, buyback menunjukkan suatu perusahaan yakin dengan prospek usahanya dan fundamental perusahaannya.
"Namun seberapa kuat hal itu dapat menahan pelemahan IHSG? Apabila ternyata asing benar benar pergi dan tak kembali? Kami pikir hal tersebut hanya bisa menjaga IHSG secara jangka pendek," tutur Nico.
Apalagi, kata dia, apabila program-program andalan belum dapat berjalan secara maksimal dan defisit semakin besar, sehingga membuat tekanan jual akan menjadi lebih besar.
Baca Juga
"Oleh sebab itu, selain kebijakan buyback ini, alangkah baiknya kalau kebijakan pemerintah juga ikut di evaluasi yang di mana bisa mendatangkan kepercayaan kepada pelaku pasar dan investor," ucap Nico.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG ditutup melemah 1,94% ke level 6.258,17 pada perdagangan akhir pekan, Jumat (21/3/2025). Sepanjang tahun berjalan 2025, IHSG juga tercatat anjlok 11,61%.
Pasar saham Indonesia juga masih mencatatkan nilai jual bersih atau net sell asing sebesar Rp499,34 miliar hinggaa perdagangan Kamis (20/3). Alhasil, net sell asing di pasar saham Indonesia sepanjang 2025 menjadi lebih dalam, yakni Rp30,82 triliun.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon Inarno Djajadi menjelaskan seiring dengan kinerja jeblok pasar saham, OJK terus berupaya menjaga kondisi pasar agar tetap stabil, transparan, dan berintegritas.
Adapun, OJK optimistis kinerja pasar saham Indonesia akan kembali bergeliat, terutama menjelang momen-momen seperti Lebaran. "Insyaallah, doa bersama," kata Inarno setelah acara Capital Market Forum 2025 pada Jumat (21/3/2025) di Gedung BEI.
Dalam mendongkrak kinerja pasar saham, OJK sendiri sebelumnya telah mengeluarkan sejumlah kebijakan. OJK misalnya menerapkan kebijakan pembelian kembali saham atau buyback saham tanpa rapat umum pemegang saham (RUPS).
Inarno mengatakan kebijakan ini dikeluarkan dengan pertimbangan bahwa perdagangan saham di BEI sejak 19 September 2024 mengalami tekanan. Hal itu diindikasikan dari penurunan IHSG per 18 Maret 2025 sebesar 1.682 poin atau minus 21,28% dari highest to date.
"Berkenaan dengan kondisi tersebut di atas, maka OJK menetapkan status kondisi lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf g POJK Nomor 13 Tahun 2023 [POJK 13/2013] sebagai kondisi pasar yang berfluktuasi secara signifikan,” kata Inarno terpisah.
Inarno mengatakan kebijakan ini diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan di pasar saham dan bisa mengurangi tekanan.