Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG di Ambang Gejolak Jelang Pengumuman Suku Bunga The Fed

IHSG diproyeksikan akan berfluktuasi lebar pada pekan depan, dipengaruhi sejumlah faktor, seperti momen pengumuman suku bunga The Fed.
Mahasiswi beraktivitas di dekat layar pergerakan saham di gedung PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (5/2/2025)./JIBI/Bisnis/Himawan L Nugraha
Mahasiswi beraktivitas di dekat layar pergerakan saham di gedung PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (5/2/2025)./JIBI/Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Indeks harga saham gabungan (IHSG) mencatatkan kinerja lesu pada perdagangan pekan ini. IHSG pun diproyeksikan akan berfluktuasi lebar pada pekan depan, dipengaruhi sejumlah faktor, seperti momen Federal Open Market Committee (FOMC) The Fed.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), selama periode 10—14 Maret 2025, IHSG mengalami pelemahan sebesar 1,81% dalam sepekan menjadi berada pada level 6.515,63 pada akhir pekan ini, Jumat (14/3/2025).

Rata-rata frekuensi transaksi harian Bursa pekan ini juga mengalami pelemahan sebesar 1,48%, menjadi 1,09 juta kali transaksi dari 1,10 juta kali transaksi pada pekan lalu.

Pelemahan turut dialami oleh kapitalisasi pasar Bursa yaitu sebesar 1,87% menjadi Rp11.235 triliun dari Rp11.450 triliun pada sepekan sebelumnya.

Rata-rata volume transaksi harian Bursa pekan ini juga mengalami pelemahan, yaitu sebesar 12,94% menjadi 17,31 miliar lembar saham dari 19,88 miliar lembar saham pada pekan sebelumnya. 

Pasar saham Indonesia pun mencatatkan nilai jual bersih atau net sell asing mencapai Rp3,69 triliun dalam sepekan. 

Alhasil, keluarnya dana asing dari pasar saham Indonesia kian deras sepanjang awal tahun ini. Tercatat, net sell asing mencapai Rp26,04 triliun sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) atau sejak perdagangan perdana 2025.

Pelemahan IHSG pada pekan ini terjadi seiring dengan munculnya penilaian negatif dari perusahaan investasi global Goldman Sachs serta Morgan Stanley terhadap pasar saham Indonesia.

Goldman Sachs menurunkan peringkat saham Indonesia dari overweight menjadi market weight. Goldman Sachs menilai pasar Indonesia mengalami tekanan dalam beberapa bulan terakhir didorong oleh sejumlah faktor. Salah satu faktor adalah kekhawatiran atas ketegangan perdagangan global dan melemahnya ekonomi domestik yang telah membuat investor lari dari pasar.

Morgan Stanley juga telah memangkas peringkat saham Morgan Stanley Capital International (MSCI) Indonesia dari equal weight menjadi underweight dalam riset terbarunya.

Dalam laporannya, imbal hasil atau return on equity (ROE) Indonesia menunjukkan momentum penurunan, terutama karena memburuknya lingkungan pertumbuhan bagi sektor cyclical domestik.

Analis Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan dalam risetnya menilai pada pekan ini, pergerakan IHSG akan diwarnai sejumlah sentimen. Dari luar negeri, terdapat antisipasi pasar terhadap perkembangan kebijakan tarif Pemerintah AS dan hasil FOMC pada 19 Maret 2025 mendatang.

Mengacu CME FedWatch Tools, probabilitas suku bunga acuan The Fed bertahan di level 4,25%-4,5% telah mencapai 98%.

Dari regional, China dijadwalkan merilis sejumlah data ekonomi penting, salah satunya data penjualan ritel yang diperkirakan naik ke 4% secara tahunan (year on year/yoy) di Februari 2025 dari 3,7% yoy di Januari 2025.

Sementara dari dalam negeri, pasar mengantisipasi data Neraca Perdagangan Indonesia (NPI) yang diperkirakan kembali surplus untuk Februari 2025 didorong penurunan impor dan penurunan pertumbuhan ekspor. Kondisi ini sejalan dengan perkiraan perlambatan konsumsi domestik pada Februari 2025, jelang ramadan dan lebaran.

"Mempertimbangkan tingginya uncertainty risk dari eksternal dan Internal, IHSG diperkirakan kembali fluktuatif dalam rentang lebar di kisaran 6370-6630," tulis Valdy dalam risetnya dikutip Minggu (16/3/2025).

IHSG pada pekan depan diproyeksikan mencatatkan level resistance di 6.630, level pivot di 6.500, serta level support 6.370.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper