Bisnis.com, JAKARTA — Saham PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) berbalik arah. Selama perdagangan Jumat (8/3/2025), saham INCO menguat 9,15% atau 260 poin ke level Rp3.100 per saham.
Seperti diketahui, saham INCO telah tertekan dalam sejak awal tahun ini. Harga saham jatuh 14,36% atau susut 520 poin year-to-date.
Kendati demikian, J..P Morgan menyematkan target harga mencapai Rp4.150 per saham sampai Desember 2025 untuk INCO.
Lewat riset teranyar soal INCO, analis J.P Morgan Benny Kurniawan menilai positif biaya tunai penjualan per unit berada pada level US$9.374 per ton sepanjang 2024.
Biaya tunai itu menjadi yang terendah selama 3 tahun terakhir, dibandingkan dengan biaya US$10.034 per ton pada 2023 dan US$11.201 per ton pada 2022.
“Kita juga mesti menggarisbawahi bahwa INCO menargetkan penjualan bijih nikel dimulai tahun ini, setelah sempat tertunda pada kuartal IV/2024,” tulis analis J.P Morgan lewat riset dikutip, Sabtu (8/3/2025).
J.P.Morgan mempertahankan pandangan overweight untuk INCO. Menurut perbankan investasi asal AS itu, INCO cocok untuk investasi jangka panjang.
Seperti diketahui, INCO mencatat laba bersih sepanjang 2024 sebesar US$57,76 juta atau sekitar Rp931,33 miliar. Torehan laba bersih itu susut 78,96% dibandingkan dengan capaian laba sepanjang tahun 2023 di angka US$274,33 juta atau sekitar Rp4,22 triliun.
Berdasarkan laporan keuangan per 31 Desember 2024 yang dikutip Rabu (26/2/2025), INCO mencatat penurunan pendapatan ke level US$950,38 juta sepanjang tahun lalu.
Posisi pendapatan itu terkoreksi 22,87% dibandingkan dengan realisasi pendapatan sepanjang tahun 2023 di level Rp1,23 triliun.
“Kemungkinan laba tahun 2025 akan tetap tertahan, pertumbuhan nyata baru terjadi pada tahun 2026 seiring peningkatan penjualan bijih dan 2027 untuk proyek HPAL,” tulis analis J.P Morgan.
Mereka menyarankan investor untuk mengakumulasi saham ini saat terjadi pelemahan, dengan tetap berfokus pada prospek jangka panjang.
Menurut riset teranyar Verdhana Sekuritas, penjualan saprolit dari INCO bakal mengerek pendapatan dan EBITDA perseroan masing-masing 29% dan 36% selama 3 tahun mendatang.
“Kami memperkirakan INCO mulai menjual bijih saprolit dengan target awal 1,8 juta ton dengan ongkos biaya lebih dari US$20 per ton, bisa berkurang jika produksi ditingkatkan,” tulis analis Verdhana Michael Wildon Ng dan Edward Prima lewat riset dikutip, Sabtu (8/3/2025).
Analis Verdhana yakin penjualan bijih saprolit bakal berkontribusi signifikan pada pendapatan INCO pada 2026, dengan kehadiran HPAL dimulai pada 2027.
“Kami memperkirakan INCO mesti menggalang pinjaman sebesar US$1,2 miliar untuk mendukung rencana pengembangan tambangnya,” tulis mereka.
Verdhana Sekuritas menyematkan rating buy untuk INCO, dari semula netral, dengan target harga Rp4.000 per saham.
“Di tengah pelandaian harga nikel, inisiatif INCO untuk menjual bijih nikel bakal menjadi katalis tahun ini,” tulis analis Verdhana.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.