Bisnis.com, JAKARTA — Konglomerat Garibaldi 'Boy' Thohir meyakini ekspor batu bara dari Grup Adaro masih akan stabil pada tahun ini, meskipun permintaan batu bara dari China menurun.
Boy Thohir yang juga merupakan presiden direktur PT Alamtri Resources Indonesia Tbk. (ADRO) menuturkan, sejauh ini ekspor batu bara dari ADRO masih cukup baik, meskipun permintaan batu bara dari China agak melambat.
"Kalau kami kan banyaknya longterm ya jadi cukup stabil, tapi demand memang agak slow. Tapi kalau kami sejauh ini masih oke," ucap Boy Thohir di Kompleks Istana Kepresidenan, Jumat (7/3/2025).
Dia juga menuturkan, pengaruh dari penurunan permintaan batu bara tersebut sejauh ini masih cukup baik bagi pihaknya. Hanya saja, menurutnya, harga batu bara saat ini cukup terkoreksi karena permintaan yang melambat.
Meskipun demikian, Boy Thohir optimistis permintaan batu bara akan membaik nantinya pada bulan Mei-Juni mendatang.
Adapun, ADRO menargetkan volume penjualan mencapai 5,6 juta ton hingga 6,1 juta ton batu bara metalurgi pada tahun ini dari PT Adaro Minerals Indonesia Tbk. (ADMR).
Baca Juga
Boy juga mengatakan, pihaknya terus mempertahankan fokus pada keunggulan operasional dan pengendalian biaya di tengah kondisi makro yang dinamis.
"Dedikasi terhadap kepemimpinan dalam hal biaya telah tertanam dalam, telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari seluruh aspek operasi dan tercermin pada margin EBITDA operasional kami. Dengan organisasi yang ramping, kami ingin bertumbuh secara berkelanjutan dan menangkap peluang pada ekonomi hijau,” ujar Garibaldi.
Lebih lanjut, manajemen AlamTri menjelaskan pihaknya telah menjual sebagian besar kepemilikannya atas PT Adaro Andalan Indonesia Tbk. (AADI). Karena penjualan ini, perseroan tidak lagi mengonsolidasikan laporan keuangan AADI dan anak-anak perusahaannya setelah rampungnya proses PUPS.
ADRO melaporkan penurunan pendapatan 2,66% secara tahunan pada 2024. Pendapatan ADRO berkurang dari US$2,13 miliar, menjadi US$2,07 miliar pada 2024, atau setara dengan Rp33,58 triliun.
Laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk ADRO turun 15,93% menjadi US$1,38 miliar atau setara Rp22,2 triliun. Laba bersih ini turun dari tahun 2023 yang sebesar US$1,64 miliar.