Bisnis.com, JAKARTA — Tiga emiten pertambangan batu bara kompak membukukan penurunan laba bersih sepanjang 2024 sebagai dampak dari menyusutnya harga komoditas bahan bakar itu di pasar global.
Teranyar, emiten milik Low Tuck Kwong, PT Bayan Resources Tbk. (BYAN) melaporkan laba yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk atau laba bersih turun menjadi US$922,6 juta pada 2024 atau turun 25,51% dari US$1,23 miliar pada 2023.
Hal itu sejalan dengan pendapatan BYAN yang turun 3,77% secara tahunan menjadi US$3,44 miliar dari capaian pada 2023 yang sebesar US$3,58 miliar.
Pendapatan emiten batu bara ini sebagian besar diperoleh dari penjualan batu bara ke pihak ketiga sebesar US$3,21 miliar, dan penjualan batu bara ke pihak berelasi sebesar US$213,5 juta.
Dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), BYAN menyampaikan produksi batu bara perseroan naik dari 2023 sebesar 49,7 juta ton, menjadi 56,9 juta ton pada 2024. Produksi batu bara ini meningkat 14,48% secara tahunan atau year on year (YoY).
Pada saat yang sama, volume penjualan batu bara BYAN pada 2024 mencapai 56,2 juta ton. Penjualan batu bara ini juga meningkat 19% YoY dari 47,2 juta ton pada 2023.
Secara geografis, penjualan batu bara BYAN paling banyak dilakukan ke Filipina, yakni sebesar 27%, kemudian di Indonesia sebanyak 23%, China sebesar 20% dari total penjualan, dan India sebesar 8% dari total penjualan. Lalu penjualan ke Malaysia sebesar 7% dari total penjualan, Vietnam sebesar 5%, dan ke wilayah lainnya sebesar 10% dari total penjualan.
Meski volumenya meningkat, harga jual rata-rata (average selling price/ASP) tahunan batu bara BYAN tercatat turun. ASP BYAN turun dari US$75,8 per ton pada 2023, menjadi US$61,3 per ton pada 2024.
Senada, anak usaha Alamtri Resources Indonesia (ADRO), PT Adaro Minerals Indonesia Tbk. (ADMR) mencetak penurunan laba bersih sebesar 0,99% YoY dari US$441,02 juta pada 2023 menjadi menjadi US$436,6 juta pada 2024.
Penurunan itu terjadi saat pendapatan usaha emiten cooking coal itu naik 6,28% YoY menjadi US$1,15 miliar pada 2024 dari US$1,08 miliar pada 2023. Pendapatan ini didorong oleh penjualan hasil tambang ke pihak berelasi sebesar US$453,68 juta, dan jasa lainnya ke pihak berelasi sebesar US$845.044. Kemudian penjualan hasil tambang ke pihak ketiga sebesar US$699,6 juta.
Sejalan dengan BYAN dan ADMR, PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG) juga mencatatkan penurunan pendapatan dan laba bersih untuk tahun buku 2024. ITMG mencetak laba bersih US$374,11 juta atau setara Rp6,13 triliun dengan produksi batu bara 24 juta ton sepanjang 2024.
Laba bersih itu diperoleh ITMG dari pendapatan bersih sebesar US$2,30 miliar sepanjang 2024 atau turun 2,94% dibanding US$2,37 miliar pada 2023.
Manajemen ITMG menyampaikan volume penjualan batu bara perseroan mencapai 24 juta ton, meningkat signifikan sebesar 15% secara tahunan sekalipun harga jual rata-rata batu bara turun 16% YoY sejalan dengan normalisasi harga batu bara.