Bisnis.com, JAKARTA — Entitas bisnis PT Merdeka Battery Materials Tbk. (MBMA), PT Sulawesi Nickel Cobalt (SLNC) mengamankan fasilitas pinjaman dengan komitmen US$1,4 miliar untuk pengerjaan proyek High-Pressure Acid Leach (HPAL).
Pabrik HPAL ini dirancang dengan kapasitas produksi sebesar 90.000 ton per tahun nikel dalam bentuk mixed hydroxed precipitate (MHP). Kontruksi proyek telah dimulai bulan lalu dengan target penyelesaian dalam kurun 18 bulan.
Total investasi gabungan untuk pembangunan proyek SLNC, termasuk bunga selama masa kontruksi, diperkirakan mencapai US$1,8 miliar.
“Kemitraan SLNC, yang didukung oleh pembiayan utang dengan suku bunga kompetitif dari bank domestik dan regional terkemuka, menjadi tonggak penting dalam strategi MBMA untuk memproduksi bahan baterai hilir,” kata Presiden Direktur MBMA Teddy Oetomo lewat siaran pers, Selasa (25/2/2025).
SLNC mengamankan pinjaman dengan komitmen US$1,4 miliar dari Bangkok Bank Public Limited Company, PT Bank Permata Tbk. (BNLI), PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI).
Adapun, jangka waktu dari perjanjian pinjaman 5 bank itu selama 7 tahun, dengan basis bunga SOFR ditambah margin tetap setiap tahunnya.
Baca Juga
Rencanannya, pelunasan pinjaman itu bakal dibayarkan setiap kuartalan dengan periode yang telah disepakati, termasuk pembayaran akhir pada saat jatuh tempo.
Teddy mengatakan kemitraan bersama dengan lembaga keuangan itu menunjukkan kualitas perusahaan yang tetap bertumbuh. Dia berharap proyek anyar HPAL itu bisa meningkatkan kapasitas produksi perseroan mendatang.
“Ini merupakan langkah strategis dalam memaksimalkan nilai sumber daya nikel yang kami miliki,” kata Teddy.
MBMA memiliki SLNC lewat entitas asosiasi PT Merdeka Energi Baru. MEB memiliki 50,1% saham di SLNC. Sementara itu, MBMA memiliki 45% kepemilikan di MEB, sementara Devmalla Materials Pte. Pted memiliki 55%.
Kendati demikian, Devmalla telah memberikan call option kepada MBMA, yang memungkinkan MBMA untuk mengakuisisi kepemilikan Devmalla di MEB.
Call option ini berlaku dalam periode tertentu setelah pabrik HPAL beroperasi selama 1 tahun dan pabrik HPAL mencapai EBITDA positif selama 4 kuartal berturut-turut.
Seperti diketahui, pabrik HPAL garapan SLNC itu berlokasi di Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), berdampingan dengan fasilitas HPAL yang saat ini dioperasikan oleh PT Huayue Nickel Cobalt (HNC).
HNC merupakan usaha patungan yang dipimpin oleh Zhejiang Huayou Cobalt Co., Ltd. (Huayou) dengan kapasitas produksi 60.000 ton per tahun nikel dalam bentuk MHP. Di bawah manajemen Huayou, pabrik HPAL HNC mulai beroperasi pada November 2021 dan mencapai kapasitas penuh pada April 2022.
Sebuah anak perusahaan Huayou akan mengelola pembangunan pabrik HPAL baru berdasarkan perjanjian manajemen dengan SLNC, sementara MBMA bertanggung jawab untuk mendapatkan izin dan persetujuan yang diperlukan dari pemerintah Indonesia.
SLNC akan memperoleh dan mengolah bijih nikel laterit melalui perjanjian komersial selama 20 tahun dengan tambang SCM milik MBMA, yang akan dimulai sejak tanggal peresmian.
Sebuah fasilitas persiapan bijih akan dibangun di tambang SCM untuk memungkinkan transportasi bijih melalui pipa ke fasilitas pemrosesan SLNC di IMIP.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.