Bisnis.com, JAKARTA —Direktur Utama Holding BUMN PT Perkebunan Nusantara III (Persero) atau PTPN III Muhammad Abdul Ghani memastikan rencana penawaran umum saham perdana atau IPO untuk PalmCo tidak lagi dilanjutkan.
Ghani menerangkan kondisi keuangan dari holding BUMN perkebunan saat ini telah membaik. Dengan demikian, menurut Ghani, PalmCo tidak lagi memiliki urgensi untuk menarik modal dari pasar efek.
“Dulu kan tujuannya untuk pendanaan dan sebagainya sekarang PTPN sudah sehat dalam pengertian untuk profiling utang ga perlu lagi,” kata Ghani di Jakarta, Selasa (11/2/2025).
Ghani menuturkan holdingnya telah membayar utang sekitar Rp12 triliun kepada perbankan selama 4 tahun terakhir.
Malahan, dia menambahkan, PTPN III rampung melunasi sejumlah kewajiban mencapai Rp20 triliun pada periode yang sama.
“Dulu kan untuk menyehatkan keuangan perusahaan, sekarang sudah tidak ada masalah,” kata dia.
Baca Juga
Di sisi lain, Ghani mengatakan, holdingnya bakal berfokus untuk mempercepat program peremajaan sawit rakyat. Terdapat sekitar 2,8 juta sawit rakyat yang mesti ditanam ulang.
“PTPN sudah menyampaikan kepada pemerintah, kami sanggup 40.000 hektare per tahun bantu replanting,” tuturnya.
Sementara itu, Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo sempat mengatakan bahwa pihaknya belum memiliki fokus untuk membawa PalmCo ke lantai busa. Sebab, masih ada pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh perusahaan.
Salah satu pekerjaan rumah PalmCo adalah replanting atau penanaman kembali pohon sawit sekitar 180.000 hektare. Hal tersebut disebabkan sejumlah lahan milik PTPN Grup berada dalam kondisi kurang terawat.
Dengan langkah itu, dia berharap produktivitas PalmCo dapat meningkat dan menyentuh benchmark produksi industri sawit yakni 20 ton per hektare. Adapun, saat ini, lahan sawit milik PTPN masih memiliki produktivitas beragam.
“Semuanya harus produktif dulu supaya nanti secara valuasi tinggi. Jika masih belang-belang, kalau IPO valuasinya tidak optimal. Jadi, lebih baik di fase awal cari strategic partner dulu sampai produktivitasnya merata, baru IPO,” tuturnya pada akhir 2023.
Kartika atau akrab disapa Tiko menuturkan PalmCo dalam 2 – 3 tahun ke depan berpeluang menjadi salah satu perusahaan sawit terbesar di dunia dari sisi luas lahan. Dia memproyeksikan perusahaan akan memiliki lahan sawit seluas 600.000 hektare.
Menurutnya, kepemilikan lahan tersebut akan membuat PalmCo bersanding dengan Sime Darby, perusahaan kelapa sawit raksasa asal Malaysia. Sime Darby diketahui memiliki luas lahan 266.488 ha dan area tertanam 193.758 ha.