Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Emas Menguat Tipis Jelang Rilis Inflasi AS, Begini Proyeksi Gerak Lanjutannya

Harga emas naik tipis jelang rilis data inflasi AS, yang dapat mempengaruhi kebijakan suku bunga The Fed.
Pengiriman emas batangan perdana PT Freeport Indonesia (PTFI) ke Antam/Dok. Freeport Indonesia
Pengiriman emas batangan perdana PT Freeport Indonesia (PTFI) ke Antam/Dok. Freeport Indonesia
Ringkasan Berita
  • Harga emas menguat tipis sebesar 0,3% di pasar spot dan 0,09% di kontrak berjangka Comex AS menjelang rilis data inflasi AS yang dapat mempengaruhi kebijakan suku bunga The Fed.
  • Pasar fokus pada kemungkinan pemangkasan suku bunga The Fed, dengan peluang penurunan suku bunga bulan depan mencapai 85% menurut CME FedWatch, yang dapat mendukung harga emas.
  • Analis teknikal memprediksi tren bearish pada harga emas semakin menguat, dengan potensi penurunan ke area US$3.325 jika tekanan jual berlanjut, sementara potensi kenaikan intraday terbatas di sekitar US$3.365.

* Ringkasan ini dibantu dengan menggunakan AI

Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas menguat tipis pada perdagangan Selasa (12/8/2025), menutup sebagian pelemahan tajam sehari sebelumnya, saat investor menanti rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) yang diperkirakan memberi sinyal arah kebijakan suku bunga Federal Reserve.

Melansir Reuters, harga emas di pasar spot menguat 0,3% ke level US$3.354,04 per troy ounce pada pukul 12.50 WIB. Adapun kontrak berjangka emas Comex AS untuk pengiriman Desember 2025 menguat 0,09% ke US$3.403,1.

Pada perdagangan Senin, emas anjlok 1,6% dan kontrak berjangka merosot lebih dari 2% setelah Presiden AS Donald Trump memastikan tidak akan memberlakukan tarif pada emas batangan impor. Pernyataan ini meredakan kegelisahan pasar.

Analis senior OANDA Kelvin Wong mengatakan fokus pelaku pasar kini tertuju pada peluang pemangkasan suku bunga The Fed yang sudah hampir sepenuhnya dihargakan untuk September.

Jika data CPI inti keluar di bawah ekspektasi, hal itu dapat memperkuat prospek pelonggaran, menekan biaya kepemilikan emas.

"Hal itu dapat menurunkan biaya kepemilikan emas dan imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun AS masih tetap berada di bawah level resisten penting dan dapat mendukung harga emas," jelasnya.

Data indeks harga konsumen AS dijadwalkan dirilis pukul 08.30 waktu AS. Survei Reuters memproyeksikan inflasi inti mencapai 0,3% pada Juli dan 3% secara tahunan, jauh dari target inflasi The Fed sebesar 2%.

Alat pemantau CME FedWatch memperkirakan peluang penurunan suku bunga pada bulan depan mencapai 85%. Secara historis, emas cenderung menguat di periode ketidakpastian dan suku bunga rendah.

Secara teknikal, Analis Dupoin Futures Indonesia Andy Nugraha mengatakan kombinasi sinyal candlestick dan pergerakan Moving Average saat ini mengonfirmasi bahwa tren bearish pada harga emas semakin menguat.

Dari sisi level, Andy memetakan dua titik rujukan harian. Apabila tekanan jual berlanjut, area US$3.325 menjadi sasaran penurunan terdekat yang patut diantisipasi; sebaliknya, jika muncul koreksi, potensi kenaikan intraday dinilai terbatas di sekitar $3.365.

“Selama belum ada katalis fundamental baru yang jelas berpihak pada emas, rebound berpeluang bersifat teknikal dan terukur,” ujar Andy dalam rilisnya.

Dengan kata lain, bias jangka pendek tetap condong ke bawah, dan reli yang terjadi lebih tepat dibaca sebagai kesempatan untuk mengatur ulang posisi, bukan sinyal pembalikan tren.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro