Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas melemah tipis pada awal perdagangan Jumat (7/2/2025) seiring dengan penguatan dolar AS menjelang rilis data ketenagakerjaan AS dan aksi profit taking investor. Sementara itu, harga batu bara melanjutkan tren penurunan, sedangkan CPO terpantau menguat.
Berdasarkan data Bloomberg pada Jumat (7/2/2025), harga emas berjangka AS Comex melemah 0,56% ke US$2.876,70 per troy ounce. Sementara itu, harga emas di pasar spot terpantau melemah tipis 0.01% ke US$2,856.09 per troy ounce pada pukul 06.00 WIB. setelah sempat tergelincir 0,4% ke US$2.853,16 pada perdagangan sebelumnya.
“Kemungkinan ada kombinasi penguatan dolar, aksi ambil untung, dan imbal hasil bergerak sedikit lebih tinggi dari posisi terendahnya, sehingga membebani emas menjelang laporan ketenagakerjaan AS," kata ahli strategi pasar senior RJO Futures Daniel Pavilonis, seperti dikutip Reuters, S.
Data tenaga kerja nonfarm payrolls diperkirakan meningkat sebesar 170.000 pekerjaan setelah melonjak menjadi 256.000 pada bulan Desember, menurut survei ekonom Reuters. Tingkat pengangguran diperkirakan tidak berubah pada 4,1%.
Pasar tenaga kerja yang tangguh mendorong pertumbuhan ekonomi dan memungkinkan Federal Reserve menghentikan penurunan suku bunga sembari mengevaluasi dampak inflasi dari kebijakan fiskal, perdagangan, dan imigrasi Trump.
Alex Ebkarian, chief operating officer di Allegiance Gold mengatakan selain volatilitas secara umum, laju inflasi yang mulai meningkat, sehingga emas merespons sebagai aset safe haven.
Baca Juga
"Emas sedang menuju US$2.900, dan Anda memiliki sentimen yang sangat kuat meskipun faktanya dalam jangka pendek, dolar memperoleh kekuatan," katanya.
Secara teknis, Relative Strength Index (RSI) emas berada di atas 70, menunjukkan bahwa logam tersebut berada dalam kondisi overbought (jenuh beli).
Sementara itu, stok emas di Bank of England telah turun sekitar 2% sejak akhir tahun lalu, kata Deputi Gubernur Bank of England Dave Ramsden, mengutip kuatnya permintaan emas yang disimpan di bank tersebut untuk memanfaatkan perbedaan harga internasional.
Harga Batu Bara
Sementara itu, berdasarkan data dari Bar Chart, harga batu bara kontrak Februari 2025 di ICE Newcastle turun 2,02% ke level US$109 per metrik ton. Sementara itu, harga batu bara kontrak Maret 2025 melemah 1,31% ke level US$113,25 per metrik ton.
Melansir Reuters, impor bijih besi dan batu bara asal China berada pada jalur penurunan pada awal 2025, dengan penurunan impor pada bulan Januari ke level terendah dalam beberapa bulan.
Data dari Kpler menujukkan, impor semua jenis batubara China melalui laut diperkirakan sebesar 27,97 juta ton pada Januari 2025, turun 26% dari 37,59 juta ton pada bulan Desember.
Data bea cukai menunjukkan impor batubara sebesar 52,35 juta ton pada bulan Desember, namun ini termasuk kedatangan melalui jalur darat dari negara-negara tetangga seperti Mongolia dan Rusia.
Impor batu bara di masa lalu cenderung melemah pada bulan Januari dan Februari seiring berlalunya puncak permintaan musim dingin, namun penurunan pada bulan Januari tahun ini dibandingkan bulan Desember jauh lebih besar dibandingkan 9% yang tercatat pada bulan Januari 2024 dan 10,9% dari bulan Januari 2023.
China, yang merupakan produsen, konsumen dan importir batubara terbesar di dunia, mungkin memerlukan lebih sedikit batubara dari pasar lintas laut karena pasokan dalam negeri meningkat.
Produksi batu bara pada bulan Desember mencapai 439 juta ton, naik 4,2% dari bulan yang sama tahun sebelumnya, sementara produksi tahunan naik 1,3% menjadi 4,76 miliar ton, menurut data resmi yang dirilis pada 17 Januari.
Peningkatan produksi batu bara yang kuat telah menyebabkan melemahnya harga dalam negeri, dengan konsultan SteelHome menilai batu bara termal di Qinhuangdao berada pada harga 765 yuan ($106) per ton pada minggu ini, turun 12,6% dari harga tertinggi pada 2024 sebesar 875 yuan pada bulan September, dan merupakan yang terlemah sejak April 2021.
Harga CPO
Sementara itu, harga komoditas minyak kelapa sawit atau CPO berjangka pada penutupan perdagangan Kamis (6/2/2025) kontrak Februari 2025 menguat 65 poin ke 4.678 ringgit per ton di Bursa derivatif Malaysia. Kemudian, kontrak Maret 2025 juga menguat 70 poin pada level 4.509 ringgit per ton.
Melansir Reuters, harga CPO diperkirakan akan lebih tinggi pada 2025 dibandingkan dengan tahun lalu, karena produsen utama Indonesia meningkatkan konsumsi biodiesel berbasis minyak sawit. Meski demikian, kompetisi dari pesaing yang lebih murah diperkirakan akan membatasi kenaikan tersebut.
Menurut perkiraan median dari 11 pedagang, analis, dan pelaku industri yang disurvei Reuters, harga acuan minyak sawit rata-rata akan mencapai 4.350 ringgit ($972,07) per metrik ton tahun ini, naik 5,4% dari tahun 2024.
Harga rata-rata CPO sebesar 4,128 ringgit pada 2024 adalah 8,7% lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya, karena cuaca buruk mengganggu pasokan, sehingga menyebabkan pasar mencapai titik tertinggi dalam dua setengah tahun pada bulan November.
Mandat biodiesel B40 di Indonesia akan mengakibatkan berkurangnya ketersediaan ekspor, dan sebaliknya akan menguntungkan ekspor minyak sawit Malaysia, kata Anilkumar Bagani, kepala penelitian di broker minyak nabati Sunvin Group yang berbasis di Mumbai.
CEO Asosiasi Minyak Sawit Malaysia Roslin Azmy Hassan mengatakan rencana peningkatan tingkat campuran biodiesel di Indonesia menjadi 40% pada tahun 2025 diperkirakan akan menyerap tambahan 1,2 hingga 1,7 juta metrik ton CPO.
“Berkurangnya ekspor minyak sawit dari Indonesia, ditambah dengan cuaca buruk di Asia Tenggara, kemungkinan besar juga akan mendukung harga yang lebih tinggi," ujarnya.
Roslin Azmy mengatakan pasar bisa mendapat dorongan tambahan jika Indonesia menaikkan pungutan ekspor untuk mendukung kebijakan biodiesel.