Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak bergerak fluktuatif pada Selasa (4/2/2025), tertekan oleh ketegangan dagang AS-China dan kebijakan terbaru Presiden AS Donald Trump yang kembali meningkatkan tekanan terhadap Iran.
Melansir Reuters, Rabu (5/2/2025), Trump berupaya menekan ekspor minyak Iran hingga nol dalam upaya terbaru untuk membatasi pendapatan negara tersebut, menurut seorang pejabat AS.
Trump menandatangani memorandum presiden sebelum bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, memerintahkan Departemen Keuangan AS untuk menerapkan tekanan ekonomi maksimum terhadap Iran, termasuk sanksi dan penegakan kebijakan yang lebih ketat.
Minyak mentah AS WTI ditutup turun 46 sen atau 0,63% ke level US$72,70 per barel, sementara patokan minyak global, Brent, menguat 24 sen atau 0,32% ke level US$76,20 per barel.
Harga minyak sempat turun tajam setelah AS mulai memberlakukan tarif tambahan 10% terhadap barang-barang impor dari China pada Selasa, yang segera direspons dengan tarif balasan oleh Beijing.
Pada titik terendah sesi perdagangan, minyak mentah AS merosot lebih dari 3%, menyentuh level terendah sejak akhir Desember.
Baca Juga
Selama masa jabatan pertamanya, Trump berhasil memangkas ekspor minyak Iran mendekati nol dengan memberlakukan kembali sanksi ketat. Namun, di bawah kepemimpinan Presiden Joe Biden, ekspor Iran meningkat karena negara tersebut menemukan cara untuk menghindari sanksi.
Sebagai produsen terbesar ketiga di OPEC, Iran menghasilkan sekitar 3,3 juta barel minyak per hari—sekitar 3% dari total pasokan global.
"Minyak sempat anjlok akibat respons balik dari China, tetapi kembali menguat setelah Trump meningkatkan tekanan terhadap Iran," ujar Phil Flynn, analis di Price Futures Group.
Investor sebelumnya mengamati potensi pembicaraan antara Trump dan Presiden China Xi Jinping, tetapi Trump menyatakan tidak terburu-buru untuk berbicara dengan Xi.
Saat ditanya tentang tarif balasan China terhadap impor AS, Trump hanya menanggapi santai, seolah tidak terpengaruh oleh kebijakan Beijing.
Sebelumnya, penasihat perdagangan Trump Peter Navarro menyebut bahwa kedua pemimpin berencana mengadakan pertemuan, yang sempat memberikan harapan bagi investor akan kemungkinan keringanan tarif bagi China, serupa dengan yang diberikan kepada Meksiko dan Kanada sehari sebelumnya.
"Pasar minyak merosot karena respons balik China, tetapi harapan akan pembicaraan Trump-Xi yang mendorong harga kembali naik," kata John Kilduff, mitra di Again Capital, New York.