Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pilah-pilih Saham Bank Kala Indeks LQ45 dan SMC Liquid Masih Merah

Sejumlah saham perbankan dari konstituen indeks terlikuid LQ45 dan SMC Liquid masih direkomendasikan walaupun kedua indeks tersebut masih memerah.
Layar menampilkan informasi harga saham di Jakarta, Selasa (28/1/2025). JIBI/Bisnis/Arief Hermawan P
Layar menampilkan informasi harga saham di Jakarta, Selasa (28/1/2025). JIBI/Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah saham perbankan dari konstituen indeks terlikuid LQ45 dan SMC Liquid masih direkomendasikan walaupun performa kedua indeks tersebut masih kalah dibandingkan IHSG.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), indeks LQ45 mencatatkan pelemahan 2,01% secara year to date (ytd) ke level 810,01 pada Selasa (4/2/2025).

Kemudian, IDX SMC Liquid berkinerja lebih jeblok lagi, yakni melemah 6,47% ytd ke level 285,14 pada perdagangan yang sama. Penurunan kedua indeks tersebut melebihi IHSG yang melemah tipis 0,09% ytd ditutup di level 7.073,45.

Begitu pula tahun lalu, indeks LQ45 ambrol 14,83% dan SMC Liquid turun 8,24% sepanjang 2024. Pelemahan kedua indeks pada tahun lalu melebihi IHSG yang melemah 2,65% sepanjang 2024.

Kinerja jeblok LQ45 pada tahun lalu terjadi seiring dengan lesunya harga saham bank jumbo yang merupakan konstituen indeks. Harga saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) misalnya turun 22,42% sepanjang 2024 dan harga saham PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI) turun 14,81% sepanjang 2024.

Sementara, pelemahan IDX SMC Liquid yang beranggotakan 51 emiten didorong oleh jebloknya saham PT Semen Indonesia Tbk. (SMGR) yang turun harga 46,47% dan PT Bukalapak.com Tbk. (BUKA) yang turun harga 41,04% sepanjang 2024.

Equity Research Analyst Panin Sekuritas Felix Darmawan melihat ada peluang pemulihan kedua indeks tersebut. Saham-saham dalam indeks LQ45 dan SMC Liquid dinilai mendapat dorongan dari pemulihan meliputi stabilitas ekonomi, kinerja sektor-sektor terkait, dan perbaikan sentimen pasar. 

"Untuk investor, ini [pelemahan indeks LQ45 dan IDX SMC Liquid] bisa menjadi peluang beli jika melihat potensi jangka panjang dan valuasi yang menarik," kata Felix.

Namun, tantangannya terletak pada ketidakpastian ekonomi dan dinamika pasar, terutama jika kondisi ekonomi tidak segera membaik. Alhasil, keputusan investasi perlu mempertimbangkan faktor-faktor tersebut secara hati-hati.

Faktor lainnya, investor institusional bisa saja melakukan penyesuaian portofolio atau rebalancing dengan mengalihkan dana dari saham-saham di indeks LQ45 dan IDX SMC Liquid ke sektor lain yang lebih menguntungkan atau lebih aman.

Adapun, Head of Research Kiwoom Sekuritas Sukarno Alatas mengatakan sentimen penurunan suku bunga acuan akan menjadi salah satu katalis penguatan harga saham khususnya sektor perbankan. Hanya saja, saat ini terdapat tantangan penguatan dolar AS sehingga rupiah menjadi melemah dan membuat beban bagi emiten.

"Peluang pemulihan saham-saham di indeks LQ45 dan IDX SMC Liquid ke depannya tetap ada mengingat sentimen penurunan suku bunga acuan bisa berdampak ke mayoritas sektor," tutur Sukarno kepada Bisnis pada Selasa (4/2/2025).

Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer menambahkan penurunan suku bunga acuan BI umumnya berdampak positif pada saham perbankan karena dapat mendorong pertumbuhan kredit, meningkatkan daya beli masyarakat, dan memperkuat margin, serta mengurangi beban operasional perbankan di segmen tertentu.

"Bank besar seperti BBRI, BBCA, BMRI, dan BBNI yang memiliki basis nasabah kuat dan portofolio kredit terdiversifikasi cenderung lebih mampu memanfaatkan peluang ini [penurunan suku bunga acuan]," kata Miftahul.

Sementara itu, berdasarkan data Bloomberg, konsensus analis menunjukan bahwa sebanyak 33 sekuritas menyematkan rekomendasi beli untuk BBRI. Lalu, dua sekuritas merekomendasikan hold dan satu sekuritas merekomendasikan jual. Target harga saham BBRI berada di level Rp5.482,12 per lembar dalam 12 bulan ke depan.

Konsensus analis juga menunjukan bahwa sebanyak 31 sekuritas menyematkan rekomendasi beli untuk BBCA. Lalu, lima sekuritas merekomendasikan hold. Target harga saham BBCA berada di level Rp11.968 per lembar dalam 12 bulan ke depan.

Sebanyak 32 sekuritas juga menyematkan rekomendasi beli untuk BMRI dalam konsensus. Lalu, tiga sekuritas merekomendasikan hold. Target harga saham BMRI berada di level Rp7.757,55 per lembar dalam 12 bulan ke depan.

Untuk BBNI, ada 30 sekuritas yang menyematkan rekomendasi beli dalam konsensus. Lalu, lima sekuritas merekomendasikan hold. Target harga saham BBNI berada di level Rp6.225,18 per lembar dalam 12 bulan ke depan.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Dwi Nicken Tari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper