Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Fluktuasi Rupiah Bayangi Kinerja Emiten Sektor Ritel & Konsumer

Fluktuasi nilai tukar rupiah diramal akan mempengaruhi kinerja saham emiten sektor ritel dan konsumer seperti DNET, MAPI hingga GOOD.
Pengunjung beraktivitas di PT Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (29/10/2024)./JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pengunjung beraktivitas di PT Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (29/10/2024)./JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Fluktuasi nilai tukar rupiah yang terjadi beberapa waktu terakhir diramal akan mempengaruhi kinerja saham emiten sektor ritel dan konsumer seperti DNET, MAPI hingga GOOD.

Equity Research Analyst Kiwoom Sekuritas Indonesia Abdul Azis Setyo Wibowo mengatakan bahwa emiten ritel dan emiten konsumer terpengaruh oleh fluktuasi nilai tukar rupiah, terutama emiten yang produknya atau raw material dari impor.

"Hal ini terlihat pada pergerakan harga sahamnya yang masih dalam fase turun khususnya emiten ritel," katanya kepada Bisnis, Selasa (4/2/2025).

Melansir data Bloomberg, nilai tukar rupiah saat ini telah menyentnuh level Rp16.349 per dolar Amerika Serikat (AS) pada Selasa (4/2/2025). Level tersebut juga mencerminkan pelemahan 1,28% secara tahun berjalan 2025. 

Adapun berdasarkan data IDX 4 Februari 2025 hingga pukul 12.00 WIB, saham emiten ritel terlihat melemah di antaranya, PT Indoritel Makmur Internasional Tbk. (DNET) melemah 0,27%, PT Mitra Adiperkasa Tbk. (MAPI) melemah 0,39%, dan PT Supra Boga Lestari Tbk. (RANC) melemah 1,96%.

Lalu untuk saham emiten konsumer yang melemah di antaranya, PT Ultra Jaya Milk Industry & Trading Company Tbk (ULTJ) melemah 0,32%, dan PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk (GOOD) melemah 0,51%.

Di sisi lain, dia mengatakan bahwa inflasi yang lebih rendah juga bisa menandakan daya beli masyarakat yang menurun dan bisa mempengaruhi kinerja emiten ritel dan konsumer.

"Meski melihat data komponen inflasi saat ini cenderung lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya seperti Januari 2023 ataupun Januari 2024," ujarnya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), capaian inflasi Januari 2025 secara tahunan atau year on year (YoY) sebesar 0,76%, jumlah ini jauh di bawah inflasi Januari 2024 yang mencapai 2,61% YoY.

Lebih lanjut, dia melihat secara data inflasi pada komponen F&B, pakaian (clothing), dan peralatan rumah tangga (household equipment) masih stabil dan masih berada pada inflasi bukan deflasi.

"Hal ini mencerminkan daya beli dari komponen tersebut masih terjaga, hal ini juga didorong oleh momentum Nataru [Natal dan Tahun Baru 2025] dan momen Imlek," tambahnya.

Seperti diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat telah terjadi deflasi pada Januari 2025 sebesar 0,76%, dan melaporkan inflasi sebesar 0,76% secara tahunan atau year on year (YoY).

Data BPS menunjukkan terjadinya inflasi 0,76% YoY yang didorong kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan laju inflasi 3,69% dan memberikan andil sebesar 1,07%.

BPS mencatat penyumbang deflasi bulanan terbesar adalah dari perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga yang deflasinya sebesar 9,16% dan memberikan andil deflasi sebesar 1,44%.

__________

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Erta Darwati
Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper